2. Menciptakan rasa takut dan kendali
Konsep Panopticon juga bertujuan untuk menciptakan rasa takut dan kendali pada individu yang dipantau. Dalam suasana Panopticon, individu tidak tau kapan mereka diamati atau tidak. Rasa ketidakpastian ini dapat mempengaruhi perilaku mereka, mendorong mereka untuk mematuhi aturan dan norma yang diharapkan.
3. Pemulihan dan perbaikan perilaku
Penopticon dirancang dengan tujuan memulihkan dan memperbaiki perilaku individu yang dipantau. Dengan adanya pengawasan yang konstan dan potensial, individu dapat merasa terdorong untuk memperbaiki diri mereka sendiri demi menghindari hukuman atau sanksi. Dalam konteks penjara, tujuan ini sering terkait dengan rehabilitasi dan reintegrasi sosial.
4. Pencegahan kejahatan
Panopticon bertujuan untuk mencegah kejahatan melalui pengawasan yang terus menerus. Dengan adanya pengawasan yang konsisten, individu dapat merasa terpantau dan menghindari tindakan melanggar hukum untuk menghindari konsekuensinya. Tujuan ini bertujuan untuk menciptakan efek jera dan mendorong individu untuk mematuhi aturan dan norma sosial.
5. Keamanan dan kontrol
Tujuan lainnya Panopticon adalah menciptakan lingkungan yang aman dan terkendali. Melalui pengawasan yang efektif, Panopticon bertujuan untuk mengendalikan dan meminimalkan risiko atau kejadian yang merugikan dalam institusi atau lingkungan yang di pantau.
Tujuan dan implementasi Panopticon telah dikritik dan diperdebatkan secara luas, terutama dalam hal privasi, kebebasan individu, dan etika pengawasan. Meskipun demikian, konsep Panopticon telah menjadi subjek kajian dan analisis dalam bidang sosial, politik, dan budaya.
Dasar pemikiran Panopticon melalui beberapa prinsip utama yang melandasi konsep ini. Berikut adalah dasar-dasar pemikiran Panopticon :
- Pengawasan terus menerus : Konsep Panopticon didasarkan pada ide bahwa pengawasan yang terus menerus dapat mempengaruhi perilaku individu. Dalam struktur Panopticon, individu-individu dipantau secara konstan dan potensial, sehingga mereka merasa terawasi setiap saat. Rasa ketidakpastian ini menciptakan kontrol sosial yang efektif, mengarah pada penyesuaian perilaku yang diharapkan.
- Perasaan terpantau : Panopticon mengandalkan perasaan terpantau sebagai salah satu mekanisme utama pengendalian sosial. Individu-individu yang berada dalam lingkungan Panopticon merasa seperti mereka selalu dipantau, bahkan jika penjaga tidak selalu memantau setiap saat. Perasaan terpantau ini dapat mempengaruhi individu untuk mematuhi aturan dan norma, bahkan ketika mereka sebenarnya tidak diamati.
- Struktur hierarkis : Panopticon melibatkan struktur hierarkis di mana pengawas atau penjaga berada di posisi yang lebih tinggi dan mengontrol pengawasan terhadap individu yang dipantau. Dalam desain fisik Panopticon, posisi penjaga berada di menara sentral yang memungkinkan mereka melihat seluruh area pengawasan. Struktur hierarkis ini menciptakan hubungan kuasa dan kendali yang melekat dalam konsep Panopticon.
- Disiplin dan penyesuaian perilaku : Konsep Panopticon juga melibatkan disiplin dan penyesuaian perilaku. Melalui pengawasan yang konstan dan rasa takut akan pemantauan, individu dipaksa untuk mengontrol dan mengubah perilaku sesuai dengan norma dan aturan yang ditetapkan.
- Kekuasaan dan kontrol sosial : Panopticon menggambarkan dinamika kekuasaan dan kontrol sosial dalam masyarakat. Konsep ini menyoroti bagaimana pengawasan dapat digunakan sebagai alat untuk mengendalikan individu dan memperkuat hierarki sosial. Panopticon mencerminkan hubungan kuasa dan pengaruh yang terjadi antara mereka yang mengawasi dan mereka yang dipantau.
Jeremy Bentham berhasil merancang dan mengembangkan konsep Panopticon secara teoritis, tetapi implementasi fisiknya tidak pernah terwujud sepenuhnya. Bentham tidak pernah berhasil membangun sebuah Panopticon yang sesuai dengan rancangannya. Oleh karena itu, tidak ada kasus Panopticon secara konkret yang dapat dikaitkan langsung dengan Jeremy Bentham.