"Iya, kami ini menjadi tokoh baik dalam pelajaran sekolah anak-anak Indonesia berpuluh-puluh tahun. Biar bisa ditiru oleh anak-anak," ucap Budi, sambil berjalan di posisi paling depan.
"Ah, benarkah begitu? Itu keren sekali!" seru Kuthuk.
"Tapi kalian berdua sering bertengkar apa nggak sih, Budi, Wati?" Cici bertanya penuh semangat. Dia seperti mau membandingkan dirinya dengan Kuthuk. Mendengar pertanyaan itu, Wati dan Budi tertawa.
"Ya pasti sering. Tapi Ibu dan Bapak terus menasihati kami. Nggak boleh sering bermusuhan, soalnya kalau bermusuhan itu nggak nyaman."
"Tuh, dengerin, Thuk! Kamu itu jangan cari gara-gara terus!"
"Kamu itu yang ngajak bertengkar!" jawab Kuthuk. Kuthuk dan Cici kembali bertengkar.
"Kalian itu harus fokus ke tujuan. Tujuan sekolah ya belajar. Mau pulang juga fokus untuk pulang. Bukan malah bertengkar," kata Wati.
"Yang dikatakan Wati benar, kalian belajar yang rajin. Usahakan nggak banyak bertengkar, di rumah, dan sekolah. Biar ilmunya bisa mudah dipahami."
Kuthuk dan Cici diam-diam menyetujui ucapan Budi dan Wati. Mereka sadar, karena bertengkar tadi, akhirnya tersesat dan bingung mau pulang ke rumah.
***
Akhirnya desa Hewan Ceria terlihat. Kuthuk dan Cici bahagia melihatnya.