Izul pun ingat, saat belajar IPA di kelas, Bu Guru menjelaskan kalau nyamuk bisa bertelur, lalu telur itu menetas dalam hitungan hari dan sangat cepat menjadi nyamuk dewasa. "Jaga kebersihan lingkungan. Jangan biarkan nyamuk bersarang di tempat tinggal kalian!" begitu nasihat Bu Guru.
Rupanya nasihat Ibu dan Bu Guru tidak dia turuti. Pakaian kotor disimpan pada gantungan pakaian.
"Ini seragamnya kan?" Suara Ibu membuat hati Izul terasa lega. "Tapi bau sekali, Zul."
"Ah, nggak mungkin, Bu!" seru Izul. Dia merebut seragam yang sudah ditemukan ibunya. Namun, saat mau mengenakannya, tercium aroma aneh dari pakaian itu. "Ih, Ibu, kok bau gini?"
**
Dengan wajah cemberut Izul berangkat ke sekolah dengan diantar ibunya. Sesampai di depan gerbang sekolah, dia enggan turun dari motor.
"Lekas turun, Zul! Keburu bel bunyi!" Ibu mengingatkan Izul agar segera turun dan masuk ke kelas. "Tapi, Bu..."
"Tapi apa, Zul? Kamu nggak mau sekolah?" tanya Ibu, menahan marah. Alhasil, Izul turun dari motor.
Dia berjalan pelan, sambil menundukkan kepalanya. Dia malu, pakaian seragam yang dikenakannya berbeda dengan teman se-sekolah. Hanya dia sendiri yang berseragam Pramuka. Akibatnya, siswa-siswi yang berpapasan dengannya memandang aneh ke arahnya. Mereka berbisik satu dengan lainnya. Ada juga yang terang-terangan menertawakannya.
**
"Kamu lupa hari ya, Zul?" tanya Bu Guru saat pelajaran akan segera dimulai. Izul tidak menjawab pertanyaan itu. Dia berpikir kalau mengatakan yang sesungguhnya, pasti akan jadi bahan cemoohan. Tapi kalau tidak menjawab, pasti akan diejek temannya juga.