Hoooaaaam
Izul menguap lebar sembari tangan kanannya mengucek mata yang masih pedih. Dengan susah payah dia membuka mata. Sinar matahari yang muncul dari balik jendela membuat silau.
Sementara dari luar kamar, suara ibunya masih terdengar memanggil namanya. "Zul, lekas bangun! Biar nggak telat sampai sekolah."
"Ahhh, iya... ya, Bu. Sebentar!" jawab Izul sambil menggeser tubuhnya ke pinggir ranjang. "Jangan lupa shalat Subuh, ya!" lanjut Ibu. "Iya... Iya!" Izul menggerutu karena pagi-pagi sudah banyak nasihat yang didengarnya.
Beberapa saat dia masih telentang di pinggir ranjang. Setelah itu barulah dia duduk. Mata yang perih dan terbuka sedikit menangkap benda berbentuk lingkaran di dinding, jam dinding. Jarum panjang menunjukkan angka enam. Jarum pendek menunjukkan di antara angka lima dan enam.
"Haaaah... Aku kesiangan!" seru Izul.Buru-buru dia bangkit dari ranjang dan bergegas ke kamar mandi. Handuk yang tersampir di kursi, diambilnya dengan cepat.
**
Lima menit kemudian, Izul keluar dari kamar mandi. Dia menuju gantungan pakaian di dinding yang berdekatan dengan pintu kamar.
Hari ini Selasa, waktunya mengenakan seragam khusus, kotak-kotak warna hijau. Dia menggantungkan pakaian seragam khusus itu pada gantungan pakaian seminggu yang lalu. Namun, betapa terkejutnya dia karena tak menemukan seragamnya.
"Ibu, di mana seragamku?" tanya Izul dengan suara tinggi. Meski begitu, tak ada jawaban dari ibu. Izul pun keluar kamar, dan mencari-cari ibunya.