"Di mana seragamku, Bu?" Izul kembali menanyakan perihal seragam yang harus dikenakannya hari ini.
"Seragam apa, Zul?" tanya Ibu.
"Seragam khusus dong, Bu! Yang hijau kotak-kotak itu!" ucap Izul panik.
"Kan kamu sendiri yang menyimpan kan?" Ibu balik bertanya kepada putranya itu. "Tapi nggak ada di gantungan pakaianku. Aduh, gimana ini, Bu?"
Izul berlari ke kamar. Dia terus mencari-cari seragam khususnya. Semua pakaian yang tergantung pada gantungan pakaian diturunkan dengan tergesa. Ada yang berjatuhan di lantai. Ada yang terseret sampai ke ranjangnya.
Pakaian Izul memang banyak yang digantungkan pada gantungan pakaian. Sampai penuh!
Izul melempar-lempar pakaian seragam sekolah, pakaian olahraga maupun seragam karatenya sembarangan.
"Pakaiannya jangan dilempar-lempar begitu, Zul. Pelan saja." Izul fokus mencari pakaian seragamnya, sampai-sampai dia tidak menyadari kalau Ibu sudah berada di kamarnya lagi.
"Aku nggak nemuin seragamku, Bu. Aku harus bagaimana?" Izul terduduk di sisi ranjangnya yang kini penuh dengan pakaian kotornya. Sedangkan Ibu mencoba untuk menyisir pakaian Izul satu persatu.
"Lain kali, pakaian kotor segera dicuci, Zul. Ibu sudah berulang kali bilang kan?"
Izul yang kebingungan mencari pakaian seragamnya, diam-diam mengiyakan pertanyaan Ibu. Ibu sering bilang kalau terlalu banyak pakaian menumpuk di gantungan pakaian, maka terlihat tidak rapi dan menjadi sarang nyamuk. "Bisa jadi sarang penyakit juga lho, Zul," ucap Ibu waktu menasihati Izul.