Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku dan Anak Pak Petani

22 Januari 2023   02:22 Diperbarui: 22 Januari 2023   06:07 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perutku lapar. Aku meloncat ke beberapa tempat yang biasanya tersedia makanan kesukaanku. Kau pasti tahu, apa makanan kesukaanku. 

Ya, betul. Wortel! Sayuran berwarna oranye itu kalau kumakan pasti mengeluarkan bunyi, kres...kres...kres. Rasanya, hmmmm..jangan ditanya. Enak sekali! Manis-manis tapi tidak terlalu manis.

Kalian boleh merasakan sendiri, bagaimana kalau makan wortel mentah. Kalau bagi kami, itu akan membuat perut kenyang, yang utama. Tapi kalau bagi kalian, manusia, wortel memiliki khasiat yang bagus untuk kesehatan mata.

Tetapi, tentu saja kalian harus mencuci wortelnya hingga bersih kalau mau memakannya. Biar perut tidak sakit. Ingat-ingat itu ya, teman-teman!

Saat tak kutemui umbi berwarna oranye itu, rasanya aku kesal sekali. Kenapa makanan kesukaanku itu tiba-tiba sulit kutemukan. Kenapa pak petani tidak menanam lagi? Padahal pak petani itu baik hati. Masa panen wortel pasti memberikan jatah panenan untukku dan teman-teman.

Kusadari, sudah beberapa minggu pak petani tak terlihat mengolah tanahnya. Aku jadi penasaran, kenapa pak petani tak menanam lagi.

***

Kulihat dua orang anak, yang kuperkirakan berusia delapan dan sepuluh tahun, tiba di tanah pak petani. Kuingat betul-betul wajahnya. Tak salah lagi, mereka adalah anak pak petani.

Mereka membawa cangkul kecil dan gathul. Termos dan gelas juga mereka bawa. Bakul anyaman dari bambu pun aku lihat dengan jelas.

"Kita cangkuli dulu tanahnya, dik. Terus dikasih pupuk kandang dan kita siram tanahnya. Biar tanahnya subur!"

"Iya, kak. Siap! Aku pakai gathul saja ya! Kan cangkulnya cuma satu".

Sang kakak tersenyum. Segera mereka membersihkan dan mencangkuli tanah pak petani, bapak mereka.

"Pasti bapak akan senang kalau kita mau menanam wortel".

"Iya, dik. Nanti kita bisa panen wortel bersama bapak kalau sudah sembuh".

Ya Allah, ternyata pak petani baik hati itu sedang sakit. Aku ingin sekali bertanya kepada mereka, sakit apa yang diderita pak petani. Kudekati mereka.

Anak kecil yang disapa adik itu mendekatiku. Bulu-bulu tubuhku dielus-elusnya.

"Kelinci yang lucu. Pasti kamu ingin makan wortel kan? Nanti kuajak kamu pulang ya! Masih ada beberapa wortel yang belum terjual. Kamu bisa menikmatinya".

Ah, anak itu baik sekali. Aku senang melihat mereka. Lalu kudengar sang kakak memanggil adiknya untuk segera membersihkan rumput yang ada di tanah. 

"Sebentar ya, kelinci. Aku bantu kakak dulu. Kami menggantikan pekerjaan bapak karena bapak jatuh dari sepeda saat pulang dari sini," ucap si adik.

Dengan cekatan, mereka membersihkan rumput dan mencangkuli tanah. Menaburi pupuk organik di atasnya. 

"Kenapa harus dikasih kotoran sapi sih, kak?"

"Biar tanahnya subur, dik. Kalau tanah subur, nanti hasil panen wortel akan bagus-bagus ".

Si adik itu manggut-manggut.

Tak terasa, mereka sudah lama mengurusi tanah pak petani. Samar-samar terdengar adzan Dhuhur. Mereka segera beristirahat. Makan dari nasi yang ada dalam bakul anyaman bambu tadi. 

Sepertinya nikmat sekali. Sayangnya aku tak bisa makan itu.

"Kasihan kelinci lucu itu, kak! Pasti belum makan!"

Si kakak melihat ke arahku. 

"Sebentar ya, kelinci manis. Nanti aku kasih wortel kalau makanku habis dan sudah shalat," ucap kakak.

Tak berapa lama, dia selesai makan. Lalu menuju umbul atau sumber air yang dekat dengan tanah mereka. Dia wudhu. Benar-benar anak yang shalih.

"Adik, lekas habiskan makannya. Kita shalat berjamaah di gubuk sana!"

Pak petani memang punya gubuk. Gubuk itu lebih banyak digunakan untuk shalat daripada untuk makan. 

"Ya, kak. Ini sudah selesai". 

Anak itu bergegas wudhu di tempat yang sama dengan kakaknya yang tadi wudhu. Lalu menuju gubuk dan shalat berjamaah. 

***

Seperti janjinya tadi. Si kakak pulang sebentar dan membawakan wortel untukku. Alhamdulillah, aku bisa makan wortel dari pak petani.

Sementara adiknya tertidur di gubuk. Pasti merasa kelelahan. Jadi, kakaknya melanjutkan pekerjaannya sampai adzan Asar tiba.

Seperti tadi, dia segera wudhu dan mengajak adiknya untuk shalat berjamaah. Melanjutkan sebentar pekerjaan yang tinggal sedikit. Lalu pulang. Aku diajak serta. Digendong si adik. Aku senang sekali! 

Sesampai di rumah mereka, turun hujan. Semoga hujan yang bermanfaat. Biar keluarga pak petani bisa mengambil manfaatnya untuk menanam wortel dan hasil panennya melimpah.

Branjang, 22 Januari 2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun