Terakhir ayah opname di Rumah Sakit Kustati. Sebuah rumah sakit khusus untuk pengobatan atau operasi tulang. Beberapa kali operasi dilakukan. Bahkan terakhir, ayah sampai di ICU.Â
Operasi berjalan lama dan ketika keluar ruangan, kondisinya menggigil.Â
"Coba telpon Iza, biar minta tolong warga untuk bersih-bersih rumah," ucap Bulik tiba-tiba.
Aku menuruti ucapan Bulik. Dan di telepon kudengar tangis Iza. Aku sendiri menahan tangis. Aku masih berharap ayah tetap bertahan.
Selepas keluar dari ICU, pemulihan operasi ayah berlangsung lama.Â
"Semangat, yah. Kan sebentar lagi mbak Na nikah. Ayah harus mengijabkan mbak Na 'kan?" Bujukku.
***
Alhamdulillah sampai saat ini ayah masih membersamai anak-anak. Menikahkan keempat putrinya meski dalam melangkah harus ditemani tongkat.
Khusus pernikahan, satu-satunya anak yang diijabkan di masjid hanya mbak Ka. Saat itu ayah masih sehat dan bisa duduk lesehan. Biasanya kalau menikahkan anak di masjid memang hanya lesehan.
Dalam bersikap kepada mantunya, ayah selalu menggunakan bahasa krama. Itu tak bisa diubah. Mungkin karena ayah ingin mengajarkan anak mantunya agar memiliki tata krama juga.
Nyatanya kini, ayah merasa tak dihargai suami mbak Ka. Hanya diminta mengantar ke bank saja sulitnya minta ampun. Padahal kalau dengan sahabat-sahabatnya, suami mbak Ka malah manut. Selalu ada waktu untuk mereka.