Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Penulis - Esais

Penulis buku dan penulis opini di lebih dari 150 media berkurasi. Penggagas Komunitas Seniman NU dan Komunitas Partai Literasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sifat Orang Jawa yang Terjajah Media Sosial

3 November 2022   13:38 Diperbarui: 3 November 2022   15:49 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sifat asli orang jawa | sumber: pixabay.com/lanlanee

Karakteristik budaya Jawa adalah religius, non-doktriner, toleran, akomodatif, dan optimistik (Suyanto,1990:144). Religius ditunjukan dengan keteguhannya mempertahankan ajaran kejawen yang kemudian dielaborasi menjadi konsep tasawuf Jawa. Sejarah tentang betapa susahnya agama asing masuk dan menyusun strategi akulturasi kebudayaan dengan peringatan keras, "Wong Jawa aja nganti ilang Jawane," atau orang Jawa jangan sampai hilang (melupakan) kejawaannya.

Sebab saya lahir, tumbuh, dan berkembang dalam budaya Jawa, menjadi menarik untuk mengamati sifat atau karakter orang Jawa yang mudah berbaur dengan kebudayaan lain di Nusantara. Menggerakan naluri untuk mendirikan komunitas Jawa Bestari yang membagikan ratusan falsafah Jawa yang penuh dengan nilai ketuhanan dan kemanusiaan.

Namun di era teknologi-informasi, masyarakat Jawa mulai melupakan jati dirinya. Jangankan tahu dan memahami ajaran falsafah Jawa, bersifat seperti orang Jawa saja sudah mulai ditinggalkan. Mulai dari terkikisnya nama-nama Jawa digantikan nama-nama asing, hilangnya unggah-ungguh alias tata krama, memudarnya penggunaan ragam bahasa Jawa (khususnya basa krama), dan tidak adanya rasa bangga menggunakan busana (pakaian) Jawa.

Media sosial menjadi representasi hilangnya budaya Jawa beserta sifat-sifat masyarakat Jawa yang semula adiluhung. Orang Jawa yang mendominasi suku Indonesia mempraktekan sifat anarkis, penuh caci maki, dan gampang berbohong di media sosial. Apalagi kalau sudah diracuni narasi politik dan agama.

Berikut ini saya sajikan beberapa sifat orang Jawa yang semoga menjadi pengingat betapa luhurnya masyarakat Jawa yang tanpa disadari sudah mulai dijajah alogaritma media sosial.

Sungkan dan Pemalu

Meski terlihat gampang menyapa orang lain, namun sifat orang Jawa aslinya pemalu dan sungkan. Demikian yang membuat orang Jawa mudah berbasa-basi menghidupkan sebuah obrolan, menawarkan makanan, menyuruh mampir, dan bertanya ritoris.

Ketika di lingkungan anyar, orang Jawa akan terlihat pemalu dan memberikan respon seadanya (tersenyum dan menganggukan kepala). Sementara ketika di lingkungan sendiri, mereka akan terlihat seperti pendongeng yang bisa bicara ngalor-ngidul tentang banyak hal.


Cinta Damai 

Aslinya, orang Jawa itu tidak suka konflik seperti perdebatan, pertengkaran, apalagi main bom di tempat ibadah. Mayoritas orang Jawa memiliki sifat suka mengalah untuk menghindari permasalahan lebih panjang. Mengalah bukan karena takut, melainkan tidak suka adanya pertikaian apalagi sampai pertumpahan darah.

Kemudian banyak yang menginterpretasikan mengalah sebagai proses perjalanan spiritual menuju Tuhan (meng-Allah). Itulah kenapa orang Jawa mudah diterima di lingkungan atau kebudayaan baru. Sebab naluri mereka suka sesuatu yang menciptakan kecintadamaian hidup.


Sopan Santun

Tanpa ada pelajaran tertulis, orang Jawa terbiasa menundukkan tubuh ketika berjalan di depan orang yang lebih tua atau yang lebih dihormati sebagai wujud penghormatan dan sopan santun. Selain itu juga murah senyum dan hobi bersapa.

Di Jawa juga ada level kebahasaan sebagai penunjuk kesopansantunan seseorang dari penggunaan Bahasa Carakan seperti Basa Ngko, Madya, dan Krama. Penggunaannya tergantung pada konteks komunikasi, lawan bicara, dan kebiasaan.

Sederhana

Orang Jawa perangainya tidak suka hidup glamor dan suka penampilan yang apa adanya. Gaya hidup berlebihan justru bisa membuat perhatian hingga ketidaksukaan seseorang. Padahal orang Jawa suka ketika merasa dicintai banyak orang. Tidak apa hidup sederhana yang penting bahagia.

Mereka juga  punya prinsip hidup sakmadyone (secukupnya). Jika diimplementasikan dalam kajian tasawuf Jawa bahwa rezeki sudah ada yang mengatur. "Nerimo ing pandume Gusti" yang artinya menerima apa yang sudah diberikan Tuhan.


Tanggung Jawab

Dalam hal pekerjaan, orang Jawa dikenal pekerja yang baik dengan mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan. Berdedikasi tinggi terhadap apa yang menjadi tanggung jawabnya. Disiplin dalam manajemen waktu. Sifat orang Jawa juga suka bekerja keras asalkan yang dilakukan itu tidak merugikan orang lain.

Penolong

Orang Jawa juga dikenal dengan sifat welas asih. Suka membantu orang lain dan memiliki sikap empati yang tinggi. Bahkan di beberapa desa masih sering ditemui kegiatan saling gotong royong (tolong-menolong) ketika ada tetangga yang sedang mempersiapkan hajatan. Jika tidak mampu menolong dengan uang, biasanya orang Jawa akan menawarkan tenaganya untuk membantu sesama.

Bersyukur

Terakhir adalah bersyukur. Selalu mengambil sisi positif dari setiap kejadian. Orang Jawa tidak suka neko-neko dan lebih suka kehidupannya yang anglaras ilining banyu angeli, ananging ora keli. Asalkan sudah bisa mencukupi kebutuhan, bisa beribadah dengan tenang, tidak punya banyak hutang, sudah sangat disyukuri. Orang Jawa tidak suka menuntut lebih.

Itulah beberapa sifat orang Jawa yang sudah mulai hilang terjajah media sosial. Yang terlihat di media sosial bukan lagi sifat orang Jawa, melainkan sifat Bani Israel yang pernah dijelaskan Prof. Quraish Shihab, yakni keras kepala, ingkar, dengki, menyombongkan diri, dan membangkang.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun