Dari ketiga pengalaman diatas, penulis mencoba introspeksi diri, kenapa calon mertua ketus dan terkesan tidak menyukai calon menantunya?
- Bukankah saya memperlakukan anak mereka dengan baik?
- Apakah karena latar belakang saya yang dicap playboy?
- Apakah karena saya seorang yatim piatu dan masa depan suram?
- Apakah saya tidak memiliki keberanian untuk menghadapi calon mertua yang ketus?
Dalam proses instrospeksi diri inilah penulis menemukan kata-kata bijak yang lupa sumbernya dari mana: This is Just a Beginning (Ini Baru Permulaan).
Kata-kata sakti ini sangat berguna untuk diterapkan dalam kehidupan. Misalnya saat penulis baru pertama kali diterima bekerja di Perusahaan Swasta.
Berbagai masalah dunia kerja bermunculan, masalah-masalah yang sangat berbeda dibanding dengan dunia perkuliahan.
Tapi dengan menerapkan prinsip This is Just a Beginning, semua itu harus dihadapi. Artinya kemungkinan masalah akan bisa dibereskan atau bisa jadi malah masalah lebih besar yang bakal datang tapi, apapun itu, kita tidak boleh menghindar, tetap hadapi dengan positive thinking! Â
Alhamdulillah, pelan tapi pasti penulis bisa beradaptasi dengan dunia kerja dengan beraneka ragam masalah yang ada.
Prinsip This is Just a Beginning pun penulis coba terapkan di dunia asmara. Apapun masalahnya, Ini Baru Permulaan!
Calon ibu mertua pacar ke empat pun seperti itu, ketus jika bertemu. Tapi penulis menerjemahkannya sebagai naluri orang tua. Apalagi dengan latar belakang calon menantu yang terbilang suram sementara anak perempuannya adalah seorang karyawati sebuah Bank.
Bahkan pernah suatu kali mau ngapel malam mingguan, sang pacar yang kelak akan menjadi ibu dari anak-anak kami, berpesan agar membawa slip gaji karena calon ibu mertua mau lihat.
Tidak apa-apa, This is Just a Beginning, kita lihat saja nanti apa pendapat calon ibu mertua setelah melihat slip gaji.
Dan setelah melihat slip gaji, calon ibu mertua berucap, "Hmm.. bagus".Â