Mohon tunggu...
Jhon Rivel Purba
Jhon Rivel Purba Mohon Tunggu... ASN Peneliti di BRIN

Hidup sederhana dan merdeka

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Untung Ada Tabungan Emas (Digital): Mengatasi Masalah Tanpa Masalah

26 Juni 2025   00:13 Diperbarui: 26 Juni 2025   00:13 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: rmol.id/bisnis

Pada sore itu, handphone saya yang terletak di atas meja kerja berdering. Di layarnya tertulis "Bapahu", artinya "Ayahku". Jantung berdebar lebih kencang, karena khawatir dengan kesehatan ayah yang beberapa hari sebelumnya kurang sehat. Saya pun menerima panggilan, tetapi yang menjawab adalah adik saya yang tinggal serumah dengan ayah. Saya pun semakin takut bila terjadi yang tidak diinginkan, apalagi suara adik saya menunjukkan kesedihan. Ternyata benar, ayah sudah berada di rumah sakit karena kondisi kesehatannya makin parah. Kabar itu mendesak saya dan istri untuk segera mengambil tiket pesawat dari Manado ke Medan pada sore itu juga.

Kejadian itu tepat pada pertengahan Desember 2017. Harga tiket pesaawat, sebagaimana biasanya di akhir tahun, mengalami kenaikan. Apalagi tiket diambil sehari sebelum keberangkatan. Sementara tabungan di rekening bank semakin menipis karena beberapa bulan sebelumnya cukup banyak pengeluaran untuk penyelesaian studi di Yogyakarta dan pembangunan rumah di Manado. Rumah di Manado sebenarnya rumah subsidi dengan skema KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dengan biaya (uang muka dan cicilan) yang terbilang murah, tetapi kurang layak kalau tidak ditambah dengan bangunan baru. Penambahan bangunan dapur, kamar, kamar mandi, dan teras, pada rumah subsidi tersebut memerlukan biaya besar. Bila dikalkulasikan bisa lebih dari harga bangunan rumah subsidi tersebut.

Penghasilan sebagai seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil) hanya bisa menyisihkan sedikit tabungan untuk setiap bulannya. Pendapatan semakin sedikit sejak istri memutuskan berhenti bekerja pada tahun sebelumnya, dan fokus merawat anak. Sebelum mendengar kabar akan kondisi ayah yang makin parah, sebenarnya kami sudah sepakat untuk tidak pulang ke Medan. Akan tetapi, kondisi ayah yang makin parah "memaksa" kami untuk mengubah rencana meskipun uang tidak ada lagi, kecuali hanya cukup untuk tiket keberangkatan ke Medan.

Kami pun berdiskusi mencari solusi atas masalah keuangan kami. Bila pulang ke kampung, meskipun tujuan utamanya menjenguk orangtua, pasti membutuhkan biaya yang banyak. Tidak hanya tiket pesawat, tetapi juga biaya transportasi darat, oleh-oleh, konsumsi, dan salam tempel buat keluarga. Bagi orang atau keluarga di kampung, perantau yang pulang seringkali dianggap sukses dan kaya raya. Apalagi perantau tersebut berprofesi sebagai seorang PNS dengan pendidikan tinggi (pascasarjana).

Setelah berdiskusi cukup serius, kami pun sepakat untuk menggadaikan apa yang bisa digadaikan. Keesokan harinya, saya pergi ke kantor Pegadaian dengan membawa sepeda motor dan semua perhiasan emas (kecuali cincin kawin). Uang hasil menggadaikan emas dan motor akhirnya terkumpul lebih dari dua puluh juta rupiah. Perasaan menjadi lebih tenang ketika ada dana buat jaga-jaga saat pulang kampung. Di sisi lain, saya merasa PT Pegadaian menjadi pahlawan yang benar-benar bisa "mengatasi masalah tanpa masalah", sesuai dengan slogannya.

Entah mengapa waktu itu kami memilih untuk mendapatkan dana dari Pegadaian, padahal sebenarnya bisa kami pinjam kepada orang-orang dekat, misalnya kepada sesama anggota komunitas/arisan marga yang kami ikuti atau teman satu kantor. Mungkin karena dari dulu saya tidak suka meminjam sesuatu kepada orang lain (kecuali terpaksa), karena merasa terikat dan tidak nyaman.

Syukurnya, bunga di Pegadaian relatif kecil. Bunga tersebut saya anggap sebagai biaya parkir dari barang yang dititip di sana. Setelah kurang lebih empat bulan, motor dan emas dapat ditebus secara bertahap dengan proses yang mudah. Pertolongan dan pelayanan PT Pegadaian yang berkesan, membuat saya ingin mengenal lebih dalam lagi akan produk yang ditawarkan. Ketika kondisi keuangan mulai stabil di tahun berikutnya, saya tertarik membuka tabungan emas digital setelah mendapat penjelasan dari karyawan Pegadaian. Pada awalnya saya hanya menabung dua gram, tetapi kemudian saya tambah beberapa kali secara online melalui Pegadaian Digital. Mengapa saya memilih dan merasa nyaman dengan tabungan emas digital di Pegadaian?

Pertama, investasi jangka panjang. Menurut saya, emas menjadi pilihan investasi jangka panjang karena harganya cenderung mengalami kenaikan. Emas adalah sumber daya yang terbatas, yang bila permintaan tinggi maka harganya juga akan tinggi. Hal ini berbeda dengan uang yang nilainya akan turun bila terjadi inflasi.

Kedua, tabungan emas digital lebih aman. Saya merasa lebih aman menabung emas digital daripada menyimpan emas fisik di rumah. Bebas dari rasa takut kehilangan atau pencurian tentu membuat hidup lebih tenang. Selain itu, tabungan emas digital Pegadaian diawasi oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) yang berarti memenuhi standar keamanan.

Ketiga, pembukaan tabungan emas digital sangat mudah. Bisa dilakukan secara online atau datang langsung ke kantor cabang pegadaian. Saya ingat betul, pendaftaran dilakukan di kantor cabang Pegadaian Kota Manado. Barangkali dulu belum ada opsi pendaftaran secara online. Meskipun ada opsi pendaftaran online, saya pikir pendaftaran langsung lebih baik agar bisa mendapatkan informasi lebih jelas. Untuk selanjutnya, transaksi emas (beli atau jual) bisa dilakukan lewat aplikasi Pegadaian Digital.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun