Generasi muda yang semakin terdidik mulai menuntut transparansi, akuntabilitas, dan keterbukaan informasi. Mereka ingin demokrasi yang hidup, bukan formalitas.
Jika Papua mampu bergeser ke pola cofigurative, demokrasi bisa menjadi lebih partisipatif.
Tata Kelola Otsus
Dana Otsus yang besar sering dianggap gagal menyejahterakan masyarakat karena tata kelolanya elitis. Dalam logika postfigurative, birokrasi menempatkan diri sebagai "guru" yang mengatur segalanya.
Padahal, dengan pola cofigurative, dana bisa dikelola lebih partisipatif. Generasi muda, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas adat bisa dilibatkan dalam perencanaan, pengawasan, dan evaluasi.
Good Governance sebagai Jalan Tengah
Prinsip good governance, transparansi, akuntabilitas, partisipasi, efektivitas, dan supremasi hokum yang menjadi jembatan antara postfigurative dan cofigurative.
Jika dijalankan, Otsus tidak lagi menjadi proyek birokrasi, melainkan instrumen keadilan sosial. Generasi tua dihormati, tetapi generasi muda diberi ruang untuk mengawasi dan terlibat dalam pengambilan keputusan.
Fiskal Tepat Sasaran ke Civil Society
Salah satu kunci keberhasilan Otsus adalah mengarahkan fiskal langsung ke masyarakat sipil: komunitas adat, pemuda, organisasi perempuan, dan gereja. Mereka bisa mengelola program berbasis solidaritas dengan pola cofigurative.
Solusi Budaya Baru