Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer

Penggemar content manajemen, pengembangan diri, dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Meniti Jalanan Setapak 46

24 Juli 2025   14:53 Diperbarui: 24 Juli 2025   14:53 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Siraman sinar Mentari pagi dan nyanyian burung menemani langkah-langkah Widura di sepanjang jalan penghubung antar desa. Begitu keluar dari gerbang Desa Merak, Widura mempercepat langkahnya. Sembari melakukan perjalanan pulang, ia sekalian melatih stamina dengan berlari-lari kecil.

Di Desa Merak, warga desa sudah memulai aktivitas mereka masing-masing. Petani pemilik sawah atau kebun berangkat menuju lahan milik mereka. Pemilik hewan ternak ada yang berangkat mencari rumput dengan membawa sabit.

Ki Sriram pagi ini akan memulai perjalanan ke Kadipaten Dulki. Ia nantinya akan ditemani oleh Ki Jeri dan seorang pengawal yang bernama Ki Wacik.

Ki Datok, prajurit perwira menengah yang ditugasi sebagai pimpinan kelompok prajurit kadipaten yang khusus ditugasi melacak dan menangkap gerombolan perampok pimpinan Ki Roso dan Ki Warkes, saat ini telah berada di rumah Ki Jagabaya Desa Merak. Ia berangkat dari barak prajurit Desa Turi Agung bersama Ki Marta saat tengah malam tadi. Enam prajurit dan dua murid magang juga telah sampai di rumah Ki Jagabaya. Selain itu, dua pengawal upahan dan seorang pengawal anak buah Ki Sriram juga mendatangi rumah Ki Jagabaya. Rumah Ki Jagabaya kini sudah menjadi pos komando dadakan penyergapan gerombolan perampok malam nanti.

Rumah Ki Jagabaya termasuk bangunan yang bagus, walau sangat jauh bila dibandingkan dengan kediaman Ki Sriram. Di ruang tengah yang cukup luas, Ki Datok, Ki Jagabaya, dan pengawal Ki Sriram duduk bersila melingkar membicarakan strategi untuk penyergapan malam nanti.

"Semalam dua pengintai dari kawanan perampok itu benar-benar menyantroni rumah Ki Sriram. Salah satu prajurit saya mencoba membuntuti mereka. Harapannya dapat mengikuti mereka hingga ke persembunyian mereka di hutan. Tapi sayangnya situasi tidak memungkinkan," Ki Datok mengawali percakapan.

"Di rumah orang tuanya Ki Sriram apakah tidak ditemukan gerakan mencurigakan?" Ki Datok bertanya kepada Ki Jagabaya.

"Aman. Di Desa Merak secara keseluruhan semuanya aman," jawab Ki Jagabaya.

"Berarti incaran mereka memang harta yang ada di rumah Ki Sriram." Ki Datok bergumam sambil jemarinya memegangi janggutnya.

"Ki Ranu, bagaimana persiapan pengamanan rumah Ki Sriram?" Ki Datok melempar pertanyaan kepada pengawal anak buah Ki Sriram.

"Tuan Sriram pagi ini tetap berangkat ke kadipaten sesuai rencana. Ia akan ditemani dua pengawal. Nanti di tengah perjalanan, tuan akan berbalik arah dan bergabung melakukan penyergapan, membantu kelompok prajurit pimpinan Ki Datok," Ki Ranu menjabarkan gambaran umum rencana mereka.

Ki Ranu berhenti sejenak memperhatikan Ki Datok yang mendengarkan ucapannya sambil manggut-manggut. Ki Ranu lalu melanjutkan pembicaraan.

"Demi menambah kekuatan, Tuan Sriram menyewa dua pengawal yang bisa diikutkan dalam kelompok Ki Datok. Lalu dalam hal strategi penyergapan, kami akan mengikuti apa yang diperintahkan Ki Datok," Ki Ranu melanjutkan penjelasannya lalu memperkenalkan dua pengawal upahan yang pagi itu datang bersamanya.

Ki Datok lalu memperhatikan dua pengawal upahan yang dibawa Ki Ranu. Penampilan keduanya meyakinkan Ki Datok.

"Bagus, bagus, bagus. Dengan demikian secara keseluruhan jumlah kita lebih banyak dari mereka. Rasanya peluang kita untuk meringkus gerombolan ini sangatlah besar," Ki Datok memunculkan senyum kepuasan di wajahnya. Bagaimana tidak, setelah sekian lama memburu gerombolan perampok yang satu ini, baru di momen sekaranglah peluang keberhasilannya sangat besar.

"Oh iya, bagaimana dengan bocah yang bertemu Ki Sriram kemarin? Bocah yang melaporkan rencana penyerangan ini," Ki Datok bertanya.

"Anak itu bernama Widura, Ki Datok," sahut Ki Ranu. "Pagi ini baru saja ia pulang ke desanya, Desa Ngalam."

"Oh begitu," ujar Ki Datok. "Saya sebenarnya ingin bertemu anak itu. Kalau penyergapan ini sukses, andil bocah itu sangatlah penting dalam urusan ini."

Ki Datok ingin secara langsung menyampaikan ungkapan terima kasihnya kepada Widura. Bila Widura belum kembali pulang, Ki Datok pasti akan mendatangi bocah itu. Namun situasi saat ini tidak memungkinkan dan ia juga harus memimpin persiapan penyergapan untuk nanti malam.

Terdapat tiga pihak yang terlibat dalam kelompok kecil yang dipimpin Ki Datok. Tiga pihak itu adalah prajurit kadipaten, para pengawal yang dipekerjakan Ki Sriram, dan penduduk desa. Sebagai pihak yang paling terlibat, para prajurit dan para pengawal disiapkan di lingkaran terdalam. Para penduduk mendapat tugas di lingkaran di luar pagar rumah Ki Sriram.

Di saat Ki Datok mengatur orang-orang yang berada di bawah komandonya, Ki Sriram baru memulai perjalanannya. Ia bersama dua pengawal masing-masing mengendarai kuda. Selain tiga kuda yang ditumpangi, rombongan ini juga membawa seekor kuda yang khusus membawa barang. Karena rencana awalnya keberangkatan Ki Sriram hanyalah pengecoh, maka peti kecil yang dibawa oleh kuda beban sebenarnya tidak berisi perhiasan yang harusnya diantar oleh Ki Sriram.

Nantinya, ketika Ki Sriram dan rombongan telah melewati dua atau tiga desa, mereka akan berhenti di desa itu. Mereka lalu beristirahat menunggu waktu yang tepat untuk kembali pulang sehingga mereka bisa kembali ke Desa Merak dan sampai di malam hari. Dengan begitu tenaga mereka bisa digunakan untuk membantu mengatasi gerombolan perampok yang nanti malam akan menyerbu.

Suasana rumah Ki Sriram agak berbeda dari biasanya. Ini karena secara bertahap para perempuan dan anak-anak, termasuk Bondalika, diungsikan ke rumah ayahnya Ki Sriram. Ini semua dilakukan demi kelancaran misi penyergapan. Untuk memperlancar urusan ini, Nyai Sriram bahkan membuat alasan kepada mertuanya kalau mereka ingin mengadakan hajatan kecil-kecilan bersama keluarga karena baru dapat pesanan yang lumayan besar. Selain melancarkan urusan, ini juga tidak akan memunculkan ketakutan di hati para orang tua itu.

Demikianlah aktivitas yang dilakukan beberapa gelintir orang di Desa Merak di hari ini. Semuanya dilakukan dengan baik tanpa menimbulkan kesan mencolok, sehingga tidak memunculkan adanya perbedaan suasana. Namun sebaliknya, suasana emosi Widura hari ini sangat berbeda dari biasanya. Di sepanjang perjalanannya, ia senyum-senyum sendiri. Ini karena setelah ia mengintip isi kantong uang pemberian Ki Sriram, ia mendapati beberapa keping uang emas. Selama ini tak pernah sekalipun terbayang ia bisa menyentuh benda itu, jadi wajar kalau suasana emosinya sangat baik.

Widura memasuki wilayah desanya saat hari menjelang siang. Seharusnya di saat ini ayahnya sedang berada di kebun, Widura memperkirakan. Maka ia mengarahkan langkahnya menuju tempat itu. Ia tidak langsung menuju rumah karena dari arah perjalanannya, lokasi kebun lebih dekat daripada rumah. Lagi pula ia ingin segera memperlihatkan uang pemberian Ki Sriram kepada ayahnya.

"Ayah! Aku datang!"

Ki Baskara yang sedang fokus merawat tetumbuhan di kebunnya segera menoleh ke arah datangnya suara. Melihat wajah anak laki-lakinya yang begitu ceria membuat perasaannya berbahagia. Seharian terakhir ia berusaha meyakinkan dirinya kalau anaknya itu tidak akan mengalami apa-apa, namun secuil kecemasan masih belum bisa hilang di benaknya. Saat ini, secuil kecemasan itu hilang sirna sama sekali.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun