Mohon tunggu...
Zahra El Fajr
Zahra El Fajr Mohon Tunggu... Penulis - a melancholist

Teacher | Fiksiana Enthusiast | Membaca puisi di Podcast Konstelasi Puisi (https://spoti.fi/2WZw7oQ) | Instagram/Twitter : zahraelfajr | e-mail: zahraelfajr@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Tamat di Angka Nol

3 Oktober 2016   20:54 Diperbarui: 31 Maret 2020   02:02 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustration/ Source: Weheartit

Aku tak keliru, kulihat pola awan memucat pudar

Nyawa awan berlari dalam hitungan 0

Kemarau menyapu semesta berwujud sengatan,

Jenazah awan telah berkeranda di rumah duka

“Kapan?”

“Kapan berhenti bertanya?”


Firasat ajal mustahil wujudnya

Berang, Osiris tak mau menanggungnya

Jingga senja memudar jua tertuang dalam bendera kuning

Daun kering, nyawanya melayang ke batin akhirat

Akarnya, ditelan hangus oleh surya yang berapi-api

Sekiranya hidup, hidupnya tinggal puntungnya saja

Abu berlari tergelincir padamnya jasad,

Tinggal ruh di sajadah, tertinggal

Dera, cemas hendak berpulang kemana hadir

Warna hatinya ditampik langit

Dalam hitungan 0, sekarang sudah 1

Awan sudah ditelan kelam,

Panas kemarau menyiksa ruh dan jasad

Hati mayat hidup itu ditampik langit, tak ia miliki tempat berpulang.

Bandung, 3 Oktober 2016

Zahra,


Puisi lainnya :

Sepertinya Ada yang Tak Nampak di Jendela

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun