Ketika harga telur naik tajam di pasar, ayam-ayam di rumah tetap bertelur seperti biasa, hal ini dapat menyiasati tantangan menjelang Lebaran.
Menjelang Idul Fitri, kebahagiaan menyambut hari kemenangan sering kali diiringi dengan tantangan yang tidak bisa dihindari, salah satunya adalah lonjakan harga bahan pokok.Â
Setiap tahun, harga daging sapi, ayam, telur, kelapa, dan kebutuhan lainnya meningkat drastis.Â
Hal ini tentu menjadi beban tersendiri, terutama bagi keluarga dengan anggaran terbatas yang tetap ingin menyajikan hidangan spesial di hari raya.
Saya pun merasakan dampaknya tahun ini.Â
Seperti biasa, beberapa hari sebelum Lebaran, saya pergi ke pasar untuk membeli bahan-bahan makanan.Â
Namun, apa yang saya temui benar-benar membuat terkejut.Â
Harga daging sapi melonjak hingga dua kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya.Â
Ayam yang biasanya masih terjangkau kini menjadi barang mewah, sementara harga telur dan kelapa juga ikut meroket.
Melihat kondisi ini, saya langsung berpikir keras bagaimana cara menyiasati lonjakan harga tanpa mengorbankan kualitas sajian Lebaran di rumah.
Untungnya Punya Ayam Sendiri
Salah satu keberuntungan keluarga kami adalah memiliki ayam peliharaan di rumah.Â
Awalnya, kami hanya memelihara beberapa ekor ayam untuk diambil telurnya dan sesekali sebagai hiburan.Â
Namun, di tengah kenaikan harga bahan makanan, ayam-ayam ini justru menjadi penyelamat.
Ketika harga telur naik tajam di pasar, ayam-ayam di rumah tetap bertelur seperti biasa.Â
Kami bisa mengumpulkan telur setiap hari dan menyimpannya untuk kebutuhan Lebaran.Â
Rasanya lebih tenang mengetahui bahwa kami tidak perlu mengeluarkan uang lebih untuk membeli telur di pasar.
Selain telur, beberapa ekor ayam yang sudah cukup besar juga bisa dimanfaatkan sebagai pengganti daging sapi atau ayam potong dari pasar.Â
Meski awalnya ada rasa sayang untuk menyembelih ayam sendiri, namun di saat seperti ini, hal tersebut menjadi solusi terbaik agar tetap bisa menikmati hidangan khas Lebaran tanpa harus mengeluarkan biaya lebih.
Kreativitas dalam Menyajikan Hidangan Lebaran
Karena harga daging sapi terlalu mahal, saya akhirnya memutuskan untuk mengubah menu Lebaran tahun ini.Â
Biasanya, rendang daging sapi menjadi hidangan wajib di rumah, tetapi kali ini saya menggantinya dengan rendang ayam kampung.Â
Hasilnya?Â
Tidak kalah lezat!Â
Bahkan, daging ayam yang dimasak dalam waktu lama dengan bumbu rempah khas rendang memberikan rasa yang unik dan lebih empuk.
Santan yang biasanya saya beli dalam bentuk kelapa parut juga harganya melonjak.Â
Akhirnya, saya mencoba cara lain, yaitu memanfaatkan kelapa dari pohon yang tumbuh di halaman belakang.Â
Meskipun prosesnya lebih rumit harus memarut dan memeras sendiri tetapi hasilnya jauh lebih hemat dan kualitasnya lebih segar dibandingkan santan instan dari pasar.
Untuk hidangan lainnya, saya juga lebih selektif dalam memilih bahan.Â
Jika biasanya opor ayam menggunakan ayam broiler dari pasar, kali ini saya menggunakan ayam kampung sendiri.Â
Sayur labu siam yang biasa menjadi pelengkap ketupat pun saya dapatkan dari kebun kecil di rumah.
Pelajaran Berharga dari Lonjakan Harga
Meskipun lonjakan harga bahan makanan menjelang Lebaran sering kali terasa menyulitkan, tahun ini saya justru mendapatkan banyak pelajaran berharga.Â
Saya belajar untuk lebih kreatif dalam memasak, lebih menghargai hasil ternak sendiri, dan memahami pentingnya memiliki cadangan bahan makanan yang bisa dimanfaatkan dalam kondisi darurat.
Saya juga semakin menyadari bahwa keberlanjutan pangan di rumah sangat penting.Â
Memiliki ayam peliharaan, menanam beberapa sayuran di pekarangan, dan mencari alternatif bahan makanan yang lebih terjangkau ternyata bisa membantu mengurangi ketergantungan terhadap pasar.
Di sisi lain, saya juga lebih memahami kondisi masyarakat luas.Â
Tidak semua orang seberuntung saya yang masih bisa mengandalkan hasil ternak sendiri.Â
Banyak keluarga yang benar-benar kesulitan karena harga bahan pokok naik sementara pendapatan mereka tetap.
Tetap Bersyukur di Tengah Tantangan
Lebaran bukan hanya tentang makanan lezat yang tersaji di meja, tetapi juga tentang kebersamaan, kesederhanaan, dan rasa syukur.Â
Meskipun tahun ini saya harus menghadapi tantangan akibat kenaikan harga bahan makanan, saya tetap merasa bersyukur karena bisa menemukan solusi yang tepat untuk tetap merayakan Idul Fitri dengan penuh kebahagiaan.
Bagi saya, lonjakan harga bahan pokok menjelang Lebaran bukanlah akhir dari segalanya.Â
Justru, ini menjadi momen untuk lebih kreatif, lebih menghargai apa yang ada, dan lebih memahami arti berbagi dengan sesama.Â
Karena pada akhirnya, yang terpenting dari Idul Fitri bukanlah makanan di atas meja, tetapi kebersamaan dan kebahagiaan yang kita rasakan bersama keluarga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI