Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Kompasianer Terpopuler 2024

"Menggapai Angan di Tengah Badai"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bukber Berkah Kurangi Sampah: Wadah Daun Pisang Lebih Bermakna dalam Kebersamaan

16 Maret 2025   01:42 Diperbarui: 16 Maret 2025   01:42 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukber berkah kurangi sampah, dengan menggunakan wadah daun pisang lebih bermakna dalam kebersamaan. (sumber foto: Squarespace/pinterest)

Dalam Islam, menjaga kebersihan adalah bagian dari iman. Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan, bersih dan menyukai kebersihan." (HR. Muslim)

Oleh karena itu, mengurangi sampah plastik saat bukber bukan sekadar pilihan, tetapi juga bagian dari tanggung jawab kita sebagai umat Muslim untuk menjaga kebersihan dan keberlanjutan lingkungan.

Wadah Daun Pisang: Alternatif Ramah Lingkungan dan Penuh Makna

Salah satu solusi untuk mengurangi sampah plastik saat bukber adalah menggunakan wadah dari daun pisang. 

Daun pisang telah lama digunakan dalam budaya Indonesia sebagai pembungkus makanan tradisional seperti lontong, nasi liwet, dan pepes.

Berikut beberapa alasan mengapa wadah daun pisang lebih baik dibandingkan plastik:

1. Mudah Terurai Secara Alami

Tidak seperti plastik yang membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai, daun pisang dapat terurai dalam hitungan hari atau minggu.

2. Tidak Beracun dan Lebih Sehat

Plastik dan styrofoam mengandung bahan kimia yang dapat mencemari makanan, terutama saat terkena panas. Sebaliknya, daun pisang adalah bahan alami yang aman dan bahkan dapat menambah aroma khas pada makanan.

3. Memperkaya Tradisi dan Budaya Lokal

Penggunaan daun pisang menghidupkan kembali kebiasaan nenek moyang kita yang lebih selaras dengan alam. Ini juga menjadi bentuk pelestarian budaya yang semakin tergerus oleh modernisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun