Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Naftali [3]

4 Oktober 2022   23:00 Diperbarui: 4 Oktober 2022   23:02 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Aku akan membatalkan satu kamar saat check-in." Aku mendapat ide kilat, semoga jawabanku benar.

"Oh gosh, Naftali!" serunya. "Saya betul-betul tidak percaya pemborosan ini. Kamu pesan dua kamar, bukan? Dengar, Young Lady, saya memang suka perempuan, tetapi saya tak pernah memaksa perempuan mana pun untuk tidur dengan saya. Jangan salah sangka dengan saya. Saya bisa menjaga diri dan bisa mengendalikan nafsu." 

Suaranya tegas, bertenaga. Dadaku sesak, sulit bernapas. Ia tidak sedang bergurau. Pertemuan ini akan kacau karena hal-hal tak penting, menurutku. Ini bukan awal yang mulus untuk sebuah hubungan jauh, batinku sedih. Bayangan akan bersenang-senang selama perjalanan, pupus dalam sekali hapus. 

"Jangan khawatirkan saya. Saya ingat kamu bilang tak akan tidur dengan siapa pun sebelum menikah. Baik. Saya setuju dan bisa menerima itu, kamu tak perlu mengulanginya. Kenapa kamu tidak percaya kata-kata saya? Kalau saya sudah berjanji, kamu telanjang di hadapan saya pun, saya tak akan tergoda. 

Kamu pegang kata-kata saya ini. Tapi mohon jangan tambah  pemborosan ini, Naftali. Kamu tidur di tempat tidur, saya di sofa. Dan masalah ini selesai," katanya sambil bolak-balik menyilangkan kedua tangan di depan perutnya, seperti sedang berolahraga di tempat. 

Aku frustrasi dan waspada sekaligus. Dengan cepat aku akan melakukan penyelamatan kecil, sebelum dia bertanya. Aku akan membatalkan Kijang Innova baru berikut sopirnya yang kusewa sepanjang kami di Yogya. Lebih baik mendaftar tur dalam kota di hotel. Itu pasti lebih masuk akal buat Thiru. Bahkan aku bertekad, seandainya ia ingin kami kirab mengelilingi Yogya, akan kulakukan. 

Sementara hening. Sampai telingaku dapat menangkap beberapa kata dengan jelas  pembicaraan penumpang lain di belakang sana dan dengung mesin dari ujung depan.

Suasana murung di kabin. Aku akan tutup mulut sampai pesawat membumi, sampai dijemput mobil hotel, sampai membatalkan satu kamar dan mendaftar tur dalam kota, sampai tiba di kamar dan selesai untuk hari ini. Kepalaku sibuk mengatur kronologis rencanaku, berharap tak melewatkan satu pun yang akan membuat Thiru meradang. 

"Kita sampai?" suara Thiru memecah hening di belakang kepalaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun