Mohon tunggu...
Isnani Qistiyah
Isnani Qistiyah Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

mimpi jadi scriptwriter :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perasaan-perasaan Ganjil

21 Desember 2022   18:48 Diperbarui: 21 Desember 2022   19:05 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suara azan subuh. Suara tadarus ibu. Suara kokok ayam. Udara menyentuh pagi. Perasaan-perasaan ganjil sempurna menyambut hari baru. Aku membuka gorden jendela kamar. Ibu menyirami tanaman-tanaman kesayangannya. Seorang anak kecil diantar sekolah oleh bapaknya. Tukang sayur siap dikerumuni ibu-ibu muda. Para pegawai kantoran sibuk menenteng tas kerja. Ibu masuk ke dalam rumah. Aku sudah menyeruput kopi di meja makan.

 "Ada pesanan katering masuk, Bu?"

Ibu menggeleng. Melanjutkan kebiasaannya mencuci potongan-potongan kain untuk mengelap kotoran yang menempel di meja atau di lantai. Aku kembali masuk ke kamar membawa secangkir kopi yang tidak utuh. Merebahkan tubuh. Menyusuri dinding-dinding kamar. Cecak-cecak sedang kawin. Nyamuk terbang kesiangan. Aku membuka laptop dan membiarkannya hidup begitu saja. Aku tertidur sampai pukul satu siang.

Aku terbangun. Tubuhku terasa lesu. Aku mencari ibu. Ibu di kamarnya, tertidur mengenakan mukena. Di meja makan sudah tersedia sayuran dan lauk pauk lainnya. Aku menyantap dengan perasaan ganjil. Pikiranku tidak menentu arahnya kemana dan kepada siapa. Tetapi, terkadang aku masih suka kepikiran Aqila. Andai ada satu hari lagi untuk dia bertugas di katering ibu, mungkin tidak muncul perasaan kosong seperti ini. Sebelumnya, aku telah belajar menyampaikan maksudku untuk melamarnya di depan ibu. 

Semua kuputuskan untuk terlambat saja sampai detik ini. Bisa saja aku menghubungi ponselnya. Sudah berkali-kali aku mencoba mengontaknya. Gemetar tanganku mengetik kalimat-kalimat yang berisi perasaanku. Akhirnya, kalimat-kalimat itu hanya tersimpan di draf saja. Aku ingin sekali bercerita kepada ibu. Ibu sepertinya sedang tidak berminat denganku, dengan masa depanku juga, mungkin.

Aku mengambil buku catatan. Menuliskan perasaan-perasaan ganjil. Di laptop mengalun lagu-lagu sendu. Seluruh kekuatanku hilang. Aku kembali ke semula. Menjadi pria kesepian, mengais sisa-sisa harapan yang masih bisa diselamatkan. Suatu ketika, aku akan memiliki kebiasaan baru. Relaksasi dan bersosialisasi.

            Catatan kuakhiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun