Saya akan bertanya, "Apakah pengetahuan atau kekayaan yang lebih baik?"Â Â
Kelima pemuda itu tanpa ragu menjawab, "Kekayaan!" Mereka membayangkan harta karun yang tersembunyi di dalam labirin, mata mereka berbinar-binar. Â
Hanya Theseus dengan lantang mengatakan, "pengetahuan diatas kekayaan. Dengan pengetahuan maka kekayaan akan mudah didapat. Namun pengetahuan belum tentu mudah didapatkan oleh kekayaan."
Di lorong, tawa sinis tua itu bergema. Dia berkata dengan suara dingin, "Kebodohan kalian akan menjadi akhir kalian."
Tubuh kelima remaja itu melayang tiba-tiba. Â Mereka berteriak, tangan mereka berusaha memegang sesuatu. Â Mereka dihempaskan ke lantai batu dengan suara gedebuk mengerikan, tubuh mereka rusak dan berdarah. Â Theseus menjadi sangat marah ketika dia menyadari bahwa tetua itu bukan hanya seorang filsuf tetapi juga penjaga gerbang yang kejam. Â
"Sekarang, pilih jalanmu, pemuda," kata tetua itu, menatap Theseus dengan mata tajam, "Hanya mereka yang menghargai pengetahuan yang layak melanjutkan."
Namun perjalanan Theseus belum mencapai pagar selanjutnya, memasuki lorong yang lebih gelap dan tenang. Â Di ujung lorong, seorang pemuda gagah berdiri, usianya hampir sama dengan Theseus. Â Wajah tegas, mata tajam, dan aura kekuatan memancar darinya. Â
"Siapakah engkau?" tanya Theseus hati-hati. Â
Pemuda itu menjawab dengan suaranya yang dalam dan berwibawa, "Aku penjaga gerbang kedua. Sebelum kau pergi lebih jauh, aku akan bertanya: bagaimana membedakan pengetahuan dan kebijaksanaan?"Â
Pertanyaan itu membuat Theseus terdiam. Meskipun pertanyaan ini sulit, dia menyadari bahwa jawabannya sangat penting. Theseus kemudian menjawab, "Pengetahuan adalah informasi atau fakta. Sedangkan kebijaksanaan adalah penerapan pengetahuan dalam situasi nyata. Lebih tepatnya, kebijaksanaan itu pengetahuan yang diproses oleh otak, lebih tertata dari informasi, terhubung dengan informasi lain yang relevan, dan menjadi dasar pengambilan keputusan yang tepat."
"Jawaban yang bijaksana," katanya, matanya menunjukkan penghargaan, dan dia mengangguk, "Kau layak melanjutkan perjalananmu."Â Â