Mohon tunggu...
Vidya Syahidah Hakimi
Vidya Syahidah Hakimi Mohon Tunggu... Guru, Cerpenis, Novelis, Content Writer, Ghost Writer

Asli wong cerbon yang tertarik pada dunia pendidikan dan literasi. Telah menerbitkan dua novel solo pada 2020 dan 2024. Memiliki dua puluh dua antologi fiksi dan non fiksi dari beberapa lomba menulis yang diikuti. Sempat menjadi kontributor UC news selama satu tahun pada 2017. Dan kini tengah mencoba kembali ke dunia penulis konten di beberapa platform media online.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Labirin Pengkhianatan

6 Maret 2025   10:58 Diperbarui: 11 Maret 2025   17:00 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Labirin Hijau (Sumber: Pexels/Steven Hylands)

Ombak menggelegar di dermaga Athena, membawa aroma asin laut dan bayangan ke dalam hati Theseus, pemuda berotot dengan sorot mata tajam, dikenal sebagai pemberani dan setia. 

"Sahabatku, bukankah ini kesempatan luar biasa?"  Lykos menepuk bahu Theseus dan berkata, "Kerajaan Minos membutuhkan tenaga terampil untuk membangun kapal perang mereka," dengan senyum licik tersembunyi di balik janggut lebatnya.  

Theseus bercita-cita membangun sebuah toko yang memproduksi berbagai benda kebutuhan pembuatan kapal. Diperlukan biaya sangat besar untuk memulai bisnis. Pucuk dicinta ulama tiba, kala Theseus memutar otak mencari tambahan modal, Lykos datang menawarkan pekerjaan dengan bayarannya sangat menggiurkan namun hanya butuh sedikit waktu. Tawaran itu membuat Theseus tergiur, karena dia telah lama menginginkan kemandirian dan kemakmuran.  Ia sangat percaya pada Lykos, yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil.

Dalam waktu kurang dari tiga hari, Theseus mengumpulkan beberapa pemdua  berani dan berlayar menuju Kreta. Namun, kenyataan pahit menghantamnya dia tiba di Kreta.  Ia mendapati jeruji besi dan tatapan dingin para penjaga bukan pekerjaan yang menanti.

Theseus terjebak dalam labirin tanpa akhir, di mana Minotaur bersembunyi dalam kegelapan.  Rasa sakit yang disebabkan oleh pengkhianatan dikombinasikan dengan rasa marah dan ketakutan, melemahkan tekadnya untuk hidup.  Theseus tak dapat melupakan kata terakhir Lykos sebelum ia ditinggalkan dalam labirin ini.

"Maafkan aku. Tapi, ini satu-satunya cara untuk menyelamatkan diriku dan keluarga," ungkap Lykos sesaat setelah Theseus turun dari kapal. Lykos, sahabat rasa saudara baginya telah menjual dirinya sebagai persembahan kepada Minotaur, makhluk berkepala banteng yang haus darah.

Theseus bersumpah akan membalas dendam dan mengungkap rahasia kelam di balik labirin Minos. Dinding batu yang menjulang tinggi, dihiasi dengan tanda-tanda kuno yang berbisik tentang rahasia kelam, memancarkan suasana misterius.  Setiap belokan dan pergeseran adalah teka-teki yang membutuhkan keberanian dan akal sehat.  Bayangan menakutkan muncul di dinding labirin dari cahaya obor yang dipegang Theseus.  Desain kompleks yang dibuat oleh arsitek terkenal Daedalus bukan sekadar labirin.  Ini adalah labirin yang penuh dengan rasa dendam.  Setiap sudut memiliki jebakan mematikan yang tersembunyi.  Jalan sempit yang tiba-tiba runtuh, lubang menganga yang siap menelan siapa pun yang lengah, dan pintu jebakan yang mengarah ke jurang tak berdasar.

Dinding labirin Minos yang menjulang angkuh menempatkan Theseus dan sepuluh pemuda Athena yang malang terjebak di dalamnya.  Mereka berdiri di depan gerbang pertama, sebuah pagar kokoh dari tulang-tulang raksasa, yang dijaga oleh makhluk mengerikan.  Wajah mereka penuh luka, mata berwarna merah muda, dan tangan mereka memegang cambuk berduri yang siap untuk merobek daging.  Theseus tetap tenang saat memimpin rekan-rekannya dalam pertempuran sengit.  Terdengar teriakan kesakitan dan kemarahan saat pedang perunggu berdiri melawan cambuk berduri.  Theseus mengalahkan para algojo satu per satu dengan kelincahan dan kekuatan luar biasa.  Namun, perjuangan tidak murah.  Di lantai labirin, lima pemuda jatuh dan tergeletak tak bernyawa.

Theseus dan lima pemuda  tersisa berhasil mengalahkan para algojo dan menemukan kunci untuk membuka gerbang kedua dengan napas terengah.  Terbuat dari perunggu berkilau, gerbang itu terbuka perlahan dan menampilkan lorong gelap yang mengarah ke inti labirin.  Mereka melihat seorang tetua berjubah putih duduk bersila di atas batu di tengah lorong.  Matanya bijaksana, wajahnya keriput, dan auranya tenang.  

Dengan suara serak, dia mengucapkan selamat datang kepada para pengembara, berkata, "Aku adalah seorang filsuf yang diasingkan, penghuni labirin ini."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun