Kenyataannya, umumnya seseorang lebih sering melakukan pembenaran atas kesalahan yang dilakukannya daripada meminta maaf.
Ucapan “maaf” secara tulus memberikan makna bahwa kita memiliki rasa tanggungjawab terhadap apa yang telah kita lakukan.
Jangan artikan “maaf” sebagai pertanda kita itu lemah atau kalah, tetapi juga memberikan arti untuk menghargai orang lain dan membawa kedamaian pada kita sendiri.
Orang yang mampu mengakui kesalahannya justru adalah pemenang sejati. Hal ini membuat kita mengerti bahwa selain perasaan kita sendiri, ada perasaan orang lain yang berhak dihargai.
Jangan pernah menuntut agar orang lain lebih dulu menghargai kita, jika kita belum tergerak untuk belajar menghargai orang lain terlebih dahulu.
Ketiga, kata "terima kasih". Mungkin kita tanpa sengaja sering mengabaikan bahwa segala hal baik yang dilakukan orang lain kepada kita, telah menghadirkan energi positif dalam diri kita.
Maka, sadarilah bahwa selama ini kita mendapat berbagai kemudahan bukan semata-mata karena kerja keras kita sendiri, tapi ada kebaikan orang lain yang layak untuk diapresiasi.
Jangan sampai kita enggan sekedar mengucapkan “terima kasih”. Jangan kita beralasan seperti ini: “Ya kan memang itu tugasnya”, “Itu memang hal yang biasa dia lakukan”, atau “Ia melakukannya karena membalas kebaikanku”.
Bentuk penghargaan atas kebaikan seseorang itu tidak harus berbentuk uang atau barang. Hal paling sederhana dan mudah kita lakukan adalah mengucapkan “terima kasih” dengan tulus.
Dengan mengatakan “terima kasih” membuat kita lebih menghargai hal-hal yang mungkin terlihat kecil, namun sebenarnya semua hal baik di dunia ini memiliki makna yang besar.
Bagi orang yang mendapat ucapan terima kasih, membuat ia merasa dihargai, dan akan melakukan lebih baik lagi di lain waktu.