Caranya mudah saja, cukup dengan menambahkan kata “tolong" dengan suara yang lembut, sebelum membicarakan pokok persoalan.
Tidak perlu gengsi menggunakan kata “tolong”, karena kita perlu menghormati orang yang diharapkan bersedia memberi bantuan kepada kita.
Kata “tolong” memberikan energi positif bagi lawan bicara kita, sehingga ia termotivasi dan dengan senang hati melakukan hal yang kita butuhkan dengan lebih baik
Bahkan, jika lawan bicara itu adalah orang yang posisinya di bawah kita dan sebetulnya bisa kita perintah, tetap lebih bijak kalau kita memberikan perintah dengan menggunakan kata “tolong”.
Kata "tolong" pada awal kalimat akan memberikan efek psikologis yang berbeda jika dibandingkan dengan perintah tanpa kata “tolong”.
Tanpa diawali kata “tolong”, kita seolah-olah sekadar menyuruh orang lain. Namun, kalau diawali dengan kata “tolong”, maka kita menyuruh orang lain yang dilandasai atas penghargaan terhadap orang tersebut.
Kedua, kata "maaf". Mungkin kata ini sulit diucapkan oleh mereka yang memiliki ego dan gengsi yang tinggi untuk mengakui kesalahannya sendiri.
Bahkan, tidak jarang pula, orang yang bersalah justru paling keras dalam berdebat, hanya untuk membuktikan bahwa ia tidak bersalah atau bukan ia yang paling salah.
Ingat, tidak ada manusia yang tidak memiliki kesalahan. Masalahnya, ada orang yang tidak sadar bahwa ia telah bersalah.
Bisa juga ada orang yang dalam hatinya sadar bahwa ia bersalah, namun tidak mau mengakuinya kepada orang yang kena dampak dari kesalahannya itu.
Tidak perlu diperdebatkan, tindakan yang paling tepat setelah kita melakukan kesalahan adalah segera menyesalinya dan meminta “maaf”.