Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa akan melakukan beberapa perubahan dari postur fiskal dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 yang telah disusun oleh menteri yang digantikannya, Sri Mulyani.Â
Salah satu postur yang kemungkinan besar akan diubah atau direvisi adalah target defisit anggaran pada tahun depan.
Hanya saja, menteri yang dijuluki bergaya "koboi" itu tidak menjelaskan secara tegas, apakah akan menaikkan target defisit yang sudah ditetapkan sebelumnya atau sebaliknya.
"Bisa berubah, bisa naik, bisa turun (target defisit)," ujar Purbaya kepada para jurnalis di Jakarta, pada Kamis (11/9/2025).
Untuk diketahui, pemerintah sebelumnya telah mematok defisit RAPBN 2026 sebesar 2,48 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau dengan nilai sebesar Rp 638,8 triliun.Â
Target defisit APBN 2026 itu tersebut lebih rendah dari target defisit APBN 2025 sebesar 2,53 persen dari PDB.
Namun demikian, dalam outlook terbaru, defisit  APBN tahun ini diperkirakan naik menjadi 2,78 persen dari PDB dengan nilai Rp 662 triliun.
Nah, kembali pada keinginan Purbaya, kuat dugaan bahwa defisit akan membengkak, sepanjang belum melampaui rambu-rambu, yakni 3 persen dari PDB.Â
Memang, jika defisit mengecil, postur keuangan negara akan lebih sehat, dalam arti laju penambahan utang negara bisa ditahan.Â
Namun, mengecilnya defisit yang disebabkan oleh penghematan belanja, bisa pula berdampak pada mesin ekonomi yang tidak berputar secepat yang diinginkan Presiden.Â
Lalu, jika defisit anggaran membengkak, dampak negatifnya juga lumayan banyak. Mari kita lihat yang terjadi pada RAPBN 2025, di mana menteri yang terdahulu, Sri Mulyani, menyebut defisit APBN akan membesar.