Sedetik kemudian saya paham maksudnya. Iya, soalnya saya pernah ada di posisinya. Sebagai remaja yang serba bingung, dengan pelbagai tuntutan. Maju kena mundur kena, kalau kata Warkop mah.
Intinya, cobalah saling mengerti.
Bahwa anak juga sama; menghadapi hidup dengan berjuang, hanya ia ada di frekuensi dan jalur berbeda.
Komunikasikan segala sesuatu dengannya sebagaimana kita ingin diperlakukan. Pakailah kata-kata yang baik. Hargai pendapatnya sebagaimana kita juga ingin dihargai. Letakkan kepercayaan padanya, supaya ia bangga dan berjuang untuk memegang kepercayaan itu.
Ada satu kalimat dari mentor saya di pelatihan CELTA setahun yang lalu:
"Don't ever look down on your students"
(Jangan pernah meremehkan/merendahkan muridmu)
Ini berlaku pula pada hubungan orangtua dan anak. Jangan remehkan anak, mentang-mentang kita lebih tua dan hidup lebih duluan. Padahal, terkadang anak mengetahui lebih banyak hal yang kita tidak tahu.
Dalam teori psikologi yang  saya baca entah dimana:
"Jika berbicara dengan anak, posisikan diri Anda sejajar. Jika ia masih kecil, Anda harus jongkok supaya mata Anda selevel dengannya. Jika ia sudah besar, duduklah bersama dan ajak ia berbicara seperti Anda mengajak orang dewasa lainnya berbicara"
Ini penting sekali. Setidaknya untuk saya pribadi.