Kita (kita??) ini, cenderung selalu memeriksa nilai yang paling kecil. Sehingga kalimat pertama yang muncul adalah,
"Loh kok, IPA nya cuman 70?"
Padahal apa salahnya mencari nilai tertinggi, kemudian bilang,
"Weis ... bahasa Indonesianya 95! Keren banget sih,"
Nilai yang tertera di raport itu hasil kerja keras anak kita loh. 95 dan 70 itu mungkin secara angka berbeda. Namun bisa jadi memiliki nilai daya juang yang sama. Anak kita mendapat nilai 95 setelah berjuang dan memang dia berbakat dalam bahasa. Nilai 70 juga dia sudah berjuang, namun mentoknya ya di situ.
Seringkali, anak-anak (yang sering saya lihat) langsung sibuk membela diri di hadapan kedua orangtuanya.
"Ituuu nilainya kecil, soalnya aku pas itu jarang masuk"
"Hmm ... gurunya ga ngerti"
"Iya kecil, tapi teman-teman yang lain juga sama kok,"
Terkesan seperti membela diri ya. Kalau memang dapatnya kecil, ya kecil aja.
Tapi eh tapi.