Ada loh pelajaran yang kita sangka sih udah ngerti, eh gurunya yang suka bikin rumit.
Ada pelajaran yang gampang, lah gurunya galak macam komandan Pleton.
Ada pelajaran yang saking pelit gurunya ngasih nilai, bisa dapat 60 atau C aja megap-megap. Itu juga udah ditambal pakai tugas dan remedial. Duh.
Itu baru masalah pelajaran. Belum faktor-faktor lain. Faktor teman, faktor lawan jenis yang mulai mereka pikirkan saat akil baligh. Banyak.
Sesungguhnya, saat orang dewasa sering berpikir bahwa hidup mereka rumit, anak-anak dan remaja berpikir hal yang sama.
Seorang siswa saya, usia SMA pernah mengatakan bahwa hidup saya enak.
Enak??
Saya tercengang.
Lah saya kan ngajar dia ya. Dia bayar kursus tempat saya mengajar itu mahal harganya. Mestinya enakan dia dong.
"You're luckier than me, miss. You already have money, you have job, you don't have homework. You don't have parents who always scold at you. And you don't have to experience all these confusing things as teenagers."
(Miss lebih beruntung dari aku. Miss punya uang, punya kerjaan, ga usah ada PR. Miss ga punya orangtua yang selalu marah-marah. Dan ga usah merasakan segala hal yang membingungkan ini sebagai remaja)