Mohon tunggu...
Irma Muthiah Saleh
Irma Muthiah Saleh Mohon Tunggu... Guru - Guru/Hidaytullah Balikpapan

Berkebun/Agriculture

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Berdamai dengan Luka

8 Juni 2022   14:52 Diperbarui: 9 Juni 2022   19:39 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Syamil benci ayah. Syamil benci ayah. Ayah gak sayang Syamil."

Tidak lama Atikah dah Aisyah pun datang sambil menangis. "Bu, teman-teman ngolok Aisyah. Katanya ayah Aisyah menikah lagi karena ibu suka ngomel."
"Astaghfirullah!" Rini kaget mendengar pengaduan anaknya.

Dia bertekad untuk bertahan. Anak-anaknya tidak boleh ikut terluka karena prahara rumah tangganya. Dia harus berusaha tegar meskipun luka di hatinya masih menganga lebar.

"Eh Bu Rini, mau ke mana?" tanya Bu Aini salah seorang tetangga terdekatnya  berbasa-basi.

 "Oh iya Bu saya mau ke warung depan, bi Ratih sedang kurang sehat," jawab Rini mencoba untuk tegar.
 
"Bagaimana kabar pak Arya, katanya sudah beberapa hari gak pulang. Dengar-dengar dia punya pendamping baru ya," pancing bu Aini berharap bu Rini mau bercerita banyak.

"Oh iya, mungkin juga Bu. Maaf ya Bu saya harus segera ke warung," potong bu Rini  sambil berlalu. Dipercepatnya langkahnya agar ibu-ibu yang lain tidak mencegatnya.

Hampir dua bulan Arya tidak pulang. Orang di kantornya pun tidak tahu dia ke mana. Sendirian Rini berjuang merenda kembali puing-puing hatinya yang hancur. Tidak ada gunanya meratapi nasib. Dia harus tegar. Badai rumah tangganya tidak akan mereda jika dia sendiri tidak berusaha menenangkan ombaknya.

Satu yang membuatnya tambah hancur karena keluarga suaminya pun menuduhnya perempuan gak becus, cerewet sehingga dianggap wajar suaminya mencari perempuan lain. Di sisi lain keluarganya sendiri mendesaknya untuk melepaskan Arya, lelaki yang telah mengkhianatinya.

"Rin, kamu masih muda, buat apa kamu bertahan dengan Arya yang telah mengkhianatimu. Apa yang kamu harapkan dari dia," cecar bibinya dengan kesal.
"Iya Bi, saya akan berusaha menyelesaikan dengan cara saya sendiri."

Mendengar jawaban itu, bibinya jengkel dan berbalik ikut mencibirnya.

Tanpa terasa Rini yang memang sedang hamil 5 bulan ketika berita tentang suaminya itu terungkap, sekarang sudah memasuki bulan ke-7 kehamilannya. Meski berat namun dia ternyata mampu melewati masa tersulit dalam perjalanan rumah tangganya. Dia berhasil mengajarkan kepada anak-anaknya untuk bersabar dalam menerima takdir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun