Kau, Malin kah?
Baju yang kau pakai seperti saudagar kaya.
Kapal yang kau layari juga menjulang tinggi.
Tapi, sepertinya bukan.
Harta Malin melimpah dari jerih payahnya.
Hartamu, darimana?
Katanya dari ibumu, Ibu Pertiwi.
Lupa, ibu yang membesarkanmu dari kecil.
Tanpa ayah.
Kau pasti Maling bukan Malin.
Kau lebih durhaka.
Tapi kenapa kau belum dikutuk jadi batu?
Ah, ibumu sepertinya sedang banyak masalah.
Mungkin dia lupa.
Anak-anaknya belum dewasa semua.
Ada yang tidak bisa membaca,
Masih bodoh.
Nanti, kalau ibumu sudah menyumpah,
mintalah kutukan jadi permata setidaknya jadi timah.
Ibumu harus bayar hutangnya dimana-mana.
Ingat, jangan mati sia-sia.
Jangan kalah dengan sampah yang masih berguna.
Tak perlu jadi Malin hanya untuk bersujud sembah.
Sumbawa, 08 April 2024