Mohon tunggu...
Nina BSA
Nina BSA Mohon Tunggu... Akuntan - Equal Means Equal

ali_nadirah@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan 1999

22 Oktober 2017   19:32 Diperbarui: 24 Oktober 2017   23:53 1512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"San! Jawab gue!." tanya Nadia lagi dengan nada yang lebih tinggi.

"Nad.. gue.. gue yang lo kenal.. gue.." jawab Sandra kebingungan.

"San, apa lo kenal Nabilah? Apa lo punya saudari kembar?."

Sandra kaget dengan pertanyaan Nadia.

"San! Apa lo dulu pernah tinggal di panti asuhan? Terus dipisahin dari saudari kembar lo?." tanya Nadia terus-menerus dan membuat Sandra menangis. Sandra langsung memeluk Nadia erat. Sandra tak berkata apapun. Sandra dan Nadia kini menangis bersama, saling memeluk satu sama lain di bawah rintik hujan yang tak kunjung henti.

***

Lima Bulan Kemudian

Nadia mulai menyapu pipinya dengan spons diikuti dengan blush-on. Mengoles bagian kelopak matanya dengan eye shadow lalu eye liner. Kini bibirnya ia olesi dengan pewarna bibir. Nadia menyisir rambutnya dan membiarkannya terurai. Nadia melihat ke cermin dan lalu  memantulkan bayangan seorang wanita dengan wajah oval, berkulit putih, bermata besar, hidung kecil dan bibir yang tipis. Tidak buruk, setidaknya Nadia dapat mengimbangi penampilan saudari kembaranya. Nadia berganti pakaian, kini ia memakai dress berwarna ungu gelap. Warna pakaian yang sama seperti akhir pertemuan Nadia dengan Nabilah di stasiun kereta api kala itu. 

Nadia keluar dari rumahnya dan menaiki taksi yang sudah menunggunya. Nadia melihat jalanan ibu kota. Malam itu menjadi malam yang indah untuknya. Tidak sedetik pun perhatiannya buyar dari pemandangan Jakarta malam itu. Kini tidak ada lagi kesakitan dalam hatinya. Apapun. Kini Nadia sadar bahwa antara Rio dan Nabilah bukanlah kesalahan mereka. Perasaan mereka adalah hak mereka. Nadia tidak bisa dan bahkan tak punya hak untuk memisahkan mereka. Walaupun dulu Nadia terlalu mencintai Rio. Ia membuka kaca jendela dan merasakan angin menyapa dirinya. Sekitar satu jam perjalanan, Nadia pun sampai di tujuannya. Nadia turun dari taksi dan sedikit mengembuskan napas panjang. Nadia melewati orang-orang dengan senyuman.

"Nad! Sini!." teriak Sandra dan dibalas senyum olehnya. Nadia mempercepat langkahnya. Sandra tersenyum beberapa saat. Malam ini kecantikan Sandra berkali lipat. Matanya bulat, hidungnya mancung, pipinya merah merona dengan bibir berwarna merah muda. Lalu ia berkata, "Nad, gaun ini bagus banget lho. Aku suka banget. Makasih ya Nad."

 "Cie dandan." Rio mencoba merayu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun