Mohon tunggu...
Mochamad Iqbal
Mochamad Iqbal Mohon Tunggu... Guru - Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Nominasi Best in Fiction 2023, senang membaca buku-buku filsafat. | Penulis Novel Aku Ustadz Matote | Penulis Antologi Cerpen Isnin di Tanah Jawa. | Menulis adalah cara untuk mengabadikan pikiran, dan membiarkannya hidup selamanya.|

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Perspektif Fiktif

6 Mei 2021   11:59 Diperbarui: 6 Mei 2021   12:07 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Johannes Plenio dari Pexels

Dia menghampiri ku dan berkata "kamu dalam masalah, seekor katak itu kerabat mu" dengan menunjuk kepada seekor katak yang sedang kebingungan mencari jati dirinya dan bahkan dia sendiri mungkin tidak sadar bahwa dia adalah seekor katak.

"Iya, dia memang salah satu anggota kerabat ku" sahut ku dengan nada datar.

"dia telah berkata kasar dan kerabat ku mendengarnya di balai rumput dan mengadukannya kepada ku" jawab seekor katak betina yang manis.

"apa maksud mu, aku tidak mengerti" aku segera memotong ucapannya.

"dia dalam masalah, seorang kerabat ku mendengar dia mengatakan kata-kata yang tidak pantas diucapkan" betina ini seolah-olah memaksa ku untuk mengamini perkataannya dan menggiring opini untuk menyalahkan kerabat ku.

"apa yang dia katakan??" dengan rasa penasaran aku ingin tahu semua duduk permasalahan yang terjadi.

"kodok bangkong" dengan mengangkat kedua tangannya, seolah-olah betina ini ingin aku ikut terbawa emosinya.

"kamu bilang tadi di balai rumput?" aku berusaha mepertegas ucapan katak betina yang manis itu.

"iya, dan kerabat mu itu mengatakn kodok bangkong disana dan didengar oleh kerabat ku" tukasnya dengan sangat antusias.

"hi katak betina yang manis, apakah kamu tahu apa itu balai rumput?" rasa penasaran ku semakin menjadi-jadi, apakah katak betina ini tidak pernah mendegar atau bahkan singgah di balai rumput, tapi mengapa katak betina itu sangat antusias mengadukan permasalahan ini dengan sebuah bukti di balai rumput.

"aku tidak tahu balai rumput dan belum pernah singgah kesana" sahutnya.

"baiklah katak betina yang manis, dengarkan aku, balai rumput itu bukan untuk katak muda seperti kerabat mu atau kerabat ku, balai rumput itu untuk perkumpulan katak-katak dewasa, mereka disana sudah terbiasa berkata kasar dan memang begitulah balai rumput, tempat mereka bercengkrama tanpa tata krama, lagi pula.. kerabat mu dan kerabat ku masih memiliki katak tetua, itu bukan menjadi tugas kita wahai katak betina yang manis" dengan tenang dan pasti aku memberitahunya.

ku lihat katak manis itu hanya terdiam dan bingung, seperti kehabisan kata-kata.

"sudut pandang mu harus di rubah nona katak.. buatlah ia menjadi sebuah sudut pandang fiksi" sambil berteriak dan melompat menuju ke dalam danau yang air nya hijau.

-TAMAT-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun