Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Raya Nyepi, Inisiasi Penyeimbangan Makrokosmos dan Mikrokosmos

13 Maret 2021   00:51 Diperbarui: 1 April 2021   09:28 2049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BAGAIMANA PERAYAAN NYEPI DALAM KONDISI NEW NORMAL?

Hari Raya Nyepi Caka 1943, atau   jatuh pada hari Minggu 14 Maret 2021. Di tengah pandemi Covid-19, perayaan Nyepi akan sangat berbeda dengan perayaan pada tahun-tahun sebelumnya, meski pada tahun 2020, umat Hindu di Bali sudah pernah merasakan berhari raya Nyepi di tengah pandemi. 

Di Bali pelaksanaan  hari raya Nyepi  mengikuti Surat Edaran Bersama Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Bali Dan Majelis Desa Adat (MDA) Provinsi Bali Nomor 009/PHDI-Bali/I/2021, Nomor 002/MDA-Prov Bali/I/2021 Tahun 2021 Tentang Pelaksanaan Rangkaian Hari Raya Suci Nyepi Tahun Saka 1943 di Bali, 

Ada beberapa poin yang  perlu diketahui, pertama bahwa pawai ogoh-ogoh ditiadakan ( poin 6 tahun 2021). Artinya Nyepi tahun ini tidak akan ada gelar ogoh-ogoh, karena ini akan menyedot perhatian masyarakat sehingga  terjadi kerumunan.  Situasi  Covid-19 masih menjadi kekhawatiran semua pihak.

Rangkaian upacara menjelang Nyepi seperti melasti, Pelaksanaannya disesuaikan dengan desa adat setempat dan diatur oleh prajuru desa masing-masing, tanpa mengurangi esensi nya dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. 

 Prosesi Tawur tawur kesanga,  yang dilaksanakan sehari sebelum Nyepi, dilakukan dengan  nunas tirta (meminta air suci) dan nasi tawur oleh perwakilan masing-masing kabupaten/kota ke Pura Besakih,  Di Pura ini upacara tawur agung dipusatkan  untuk provinsi Bali. Tirta dan nasi tawur itu disebarkan dan diperciki ke wilayah masing-masing.

Tawur Labuh Gentuh jenis tingkat upacara di Kabupaten/kota, sedangkan di masing-masing kecamatan menggunakan tingkatan  upacara Caru Panca Sanak Pelaksanaannya di catus pata (perempatan jalan), jam 13.00  Kegiatan di banjar atau desa menggunakan upacara Caru Eka Sata dan dilaksanakan  di catus pata pada waktu sandi kala (menjelang malam).

Perayaan di lingkungan keluarga, upacara dilaksanakan di merajan atau sanggah dengan menghaturkan banten pejati sakasidan. Di natar palinggih cukup menghaturkan segehan agung satu tanding atau segehan cacahan 11/33 tanding dan ditujukan kepada Sang Bhuta Bhucari. Di halaman atau natah rumah, menghaturkan segehan manca warna 9 tanding, mulai dari olahan ayam brumbun disertai tetabuhan tuak, arak, brem, dan air yang ditujukan kepada Sang Kala Bhucari.

Upacara agama di skala rumah akan dilanjutkan dengan pangrupukan (mabuu-buu) dengan berkeliling rumah 3 kali, dengan sarana api seprapak (meobor-obor), bunyi-bunyian (kulkul bambu atau yang lain), bawang putih, mesui dan jangu (Triketuka).

Setelah itu, dilanjutkan dengan perayaan hari raya Nyepi pada Minggu 14 Maret 202 selama 24 jam sejak 06.00 Wita sampai 06.00. Sementara itu, sehari setelah Nyepi ada tradisi Ngembak Geni. "Saat Ngembak Geni ini, ngelebar brata penyepian dan melakukan simakrama, dharma santi (silaturahmi) dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. 

Kesimpulan 

  •  Hari Raya Nyepi tahun   Baru Saka, dengan rangkaian ritual  yang kompleks, serta berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara biologis, sosial, maupun psikologis dan memberikan sumbangan untuk mencapai harapan ideal dan tujuan hidup umat Hindu yang harmonis dan seimbang.
  • Hari  raya Nyepi sebagai rangkaian upacara nyepi fungsinya untuk mengadakan pengendalian diri (catur brata penyepian). Pada Hari Raya Nyepi umat yang beragama Hindu memuja dan menyemayamkan Dewa-Dewi (manifestasi Ida Sang Hyang Widi Wasa) di dalam organ-organ tubuhnya, serta menerima ilham-ilham dan petunjuk-petunjuknya untuk mengarungi lembaran hidup baru
  • Pelaksanaan ritual Nyepi dalam agama Hindu dipandang sebagai gejala budaya yang dipelajari melalui analisis simbol, ritus, dan praktik-praktik religius yang dapat dikatakan sebagai jembatan antara kehidupan  sejahtera di bumi (jagatdihita )  dengan tujuan pencapaian kesejahteraan akhirat (mokshartham).
  • Perayaan Hari raya Nyepi di era New Normal tetap berlangsung, dengan mengurangi pelibatan umat untuk berkumpul, dengan tetap menggunakan protokol kesehatan. Dan, pengerupukan dengan tanpa   ogoh-ogoh  tidak mengurangi esensi perayaan Hari raya Nyepi itu. 

Selamat Hari raya Nyepi Caka 1943. Moga damai selalu  ****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun