Mohon tunggu...
22Sumika Adinata
22Sumika Adinata Mohon Tunggu... Penulis - pelajar,mahasiswa,universitas pendidikan ganesha

hobi futsal saya orangnya pendiam dan suka menulis saya menggunakan kompasiana untuk menulis artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Makna dan Tradisi Hari Raya Kuningan dan Nyepi

14 Maret 2024   15:58 Diperbarui: 14 Maret 2024   17:05 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Abstrak

Umat Hindu Bali melakukan upacara keagamaan dan memberikan persembahan kepada roh leluhur mereka pada Hari Raya Kuningan adalah waktu yang suci bagi orang Hindu yang dimana diyakini hari tersebut untuk meminta perlindungan, keselamatan, dan bimbingan spiritual dari Dewa, Bhatara, dan leluhur mereka. Hari suci tersebut juga dikenal dengan nama Tumpek Kuningan. Memohon keselamatan, kedamaian, perlindungan, dan petunjuk secara fisik dan spiritual adalah makna Hari Raya Kuningan. Kuningan adalah salah satu hari raya Hindu yang merupakan lanjutan dari hari raya Galungan. Diadakan 10 hari setelah perayaan Galungan. Kuningan adalah kata yang merujuk pada warna kuning dan wuku ke 12. Bagi orang Hindu, Hari Raya Nyepi adalah hari yang paling suci. Untuk menghormati dewa dan leluhur mereka, umat

Hindu melakukan berbagai upacara menjelang Hari Raya Nyepi, mulai dari Melasti, Tawur Agung Kesanga, hingga Pengerupukan. Seluruh proses Hari Raya Nyepi adalah proses membersihkan diri dan meningkatkan kualitas hidup. Nyepi juga menekankan betapa pentingnya mempertahankan keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan seseorang. Tradisi Tawur Kesanga, di mana orang Hindu memberikan persembahan kepada dewa-dewa dan mengusir roh-roh jahat, merupakan simbol upaya untuk menciptakan keseimbangan antara yang baik dan yang buruk di bumi.Di Indonesia, Hari Raya Nyepi masih dirayakan karena hubungannya dengan Raja Kaniskha I, yang memiliki sejarah yang Panjang.

Kata kunci; hari suci agama hindu kuningan dan nyepi

A. Pendahuluan

Hari raya Kuningan adalah hari raya yang dirayakan umat Hindu Dharma di Bali. Perayaan ini jatuh pada hari Saniscara, Kliwon, wuku Kuningan. Hari raya ini dilaksanakan setiap 210 hari sekali, dengan menggunakan perhitungan kalender Bali. Sepuluh hari setelah hari raya Galungan.Nyepi adalah hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga (IX) yang merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada di pusat samudera yang membawa intisari amerta air hidup. Untuk itu umat Hindu melakukan pemujaan suci terhadap mereka. Umat Hindu memperingati Hari Raya Kuningan untuk memperingati kebesaran Sang Hyang Widhi dalam wujud Sang Hyang Parama Wisesa. Sang Hyang Parama Wisesa adalah roh suci dan pahlawan dharma yang berfungsi untuk meningkatkan akhlak manusia. Kuningan juga merupakan hari raya khusus karena memperingati kembalinya para leluhur ke stan mereka masing-masing setelah sepuluh hari menghabiskan di bumi bersama keluarga. ejarah, budaya, dan spiritualitas Hari Raya Kuningan dan Nyepi sangat kaya. Kedua perayaan ini merupakan bagian penting dari tradisi Hindu Bali, yang memiliki akar dalam kepercayaan dan praktik keagamaan orang Bali. Hari Raya Kuningan diperingati sebagai penghormatan kepada para leluhur dan roh yang kembali ke alam semesta. Menurut kalender Bali, perayaan ini dilakukan setiap 210 hari sekali. Selama Hari Raya Kuningan, orang Hindu Bali melakukan berbagai ritual dan upacara keagamaan di pura-pura dan rumah-rumah mereka. Sebagai cara untuk menunjukkan penghormatan mereka kepada leluhur mereka, masyarakat menyiapkan sesajen dan memberikan doa. Selain itu, perayaan ini adalah kesempatan untuk memperkuat ikatan keluarga dan hubungan spiritual dengan alam semesta. Selain itu, Nyepi adalah hari raya Hindu Bali yang paling sakral dan dianggap sebagai hari perayaan yang paling penting di pulau Bali. Sebagai hari raya, orang Hindu Bali berpuasa dari semua hal, termasuk keluar dari rumah, menggunakan listrik, menyalakan api, dan bekerja. Untuk membersihkan diri secara spiritual, merenungkan kehidupan, dan mengembalikan alam semesta ke keseimbangan dan harmoni, Nyepi dilakukan. Serangkaian upacara keagamaan, termasuk Melasti, dilakukan sebelum Nyepi untuk membersihkan diri secara fisik dan spiritual. Nilai-nilai spiritual, kepercayaan, dan budaya Hindu Bali yang telah diwariskan dari generasi ke generasi selama berabad-abad ditunjukkan oleh latar belakang Hari Raya Kuningan dan Nyepi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagai yang telah di uraikan di atas penelitian ini bermaksud untuk menganalisis tradisi-tradisi yang ada di bali atau umat hindu lebih tepatnya pada saat hari raya kuningan dan hari raya nyepi terdapat dua rumusan masalah yang menjadi focus utama pembahasan yaitu sebagai berikut:

1.Dengan adanya perubahan dan Adaptasi Bagaimana perayaan Hari Raya Kuningan dan Nyepi telah mengalami perubahan dan adaptasi seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh modernisasi di Bali?

2.Dengan adanya perkembangan teknologi Bagaimana upaya pemertahanan dan revitalisasi tradisi Hari Raya Kuningan dan Nyepi dilakukan oleh masyarakat Hindu Bali, terutama di tengah arus globalisasi dan modernisasi?

C.Metode penelitian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun