Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Raya Nyepi, Inisiasi Penyeimbangan Makrokosmos dan Mikrokosmos

13 Maret 2021   00:51 Diperbarui: 1 April 2021   09:28 2049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Hari Raya Nyepi memiliki beberapa rangkaian , dimana Umat Hindu melakukan beberapa aktivitas ritual baik dalam penyambutan, pelaksanaan , maupun setelah itu. Adapun Rangkaian hari raya Nyepi dapat diutarakan sebagai  berikut:   (1) melasti, (2) pecaruan, atau tawur,  (3) pelaksanaan catur brata penyepian, (4) ngembak Geni.

MELASTI.

Upacara Melasti dilaksanakan setiap 1 tahun sekali, di Bali. Proses penyucian diri maupun alam semesta (buana agung dan buana alit), dan air atau danau menjadi tempat tujuan melasti itu.

Upacara melasti atau mekiis, dan juga disebut upacara melis, umumnya   dilaksanakan tiga atau dua hari sebelum pelaksanaan Nyepi, yang merupakan rangkaian dari Hari raya Nyepi. Adapun fungsi upacara melasti ini adalah untuk melakukan penyucian peralatan upacara dan personal masing-masing umat yang akan melaksanakan ritual catur brata penyepian pada hari Nyepi. Peralatan, sarana serta pretima  diarak  ke pantai ke pantai atau sungai.  Masyarakat berduyun-duyun  menuju laut ataupun mata air untuk melaksanakan ritual pembersihan. Selain membawa prasarana persembahyangan, masyarakat juga mengusung pretima (benda atau patung yang disakralkan) untuk dibersihkan secara sekala dan niskala. 

Dan  semuanya menuju sumber mata air, lalu apakah yang mendasari pemilihan tempat ini? Melasti merupakan proses meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata dan manifestasi Tuhan, yang bertujuan untuk menghilangkan mala atau penderitaan," Namun, kebanyakan warga Bali yang beragama Hindu memiliki   keyakinan bahwa laut, danau, atau sungai, sumber inspirasi yang suci yang dapat menghilangkan kekotoran, sehingga menjadi suci. Faktanya memang, mandi  di air laut  dapat mengatasi jamur, atau melarutkan lemak pada  daki di kulit, akan larut dengan mudah pada larutan garam yang encer seperti yang ada di lautan. 

Ada dua manuskrip (lontar ) pelaksanaan melasti ini, yaitu Lontar Sunarigama dan Sanghyang Aji Swamandala yang dirumuskan dalam bahasa Jawa Kuno menyebutkan " Melasti ngarania ngiring prewatek dewata angayutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana"

Melasti = melelasti = nganyudang malaning gumi ngamet Tirta Amerta. Menghanyutkan kekotoran alam menggunakan air kehidupan. Segara (laut) dianggap sebagai sumber Tirtha Amertha (Dewa Ruci, Pemuteran Mandaragiri). Pelaksanaan melasti  dilakukan  2-3 hari sebelum Hari Raya Nyepi dimulai, akan diadakan upacara Melasti sebagai bentuk meraih kesucian hati para umat Hindu.  Melasti memiliki pengertian simbolis bahwa  upacara ini dilaksanakan dengan menghanyutkan hal-hal buruk dengan menggunakan air, sebagai sumber kehidupan dalam segala aspek

Lebih lanjut , paling tidak  ada 5  tujuan melasti antara lain : Pertama, "ngiring prewatek dewata", ini artinya upacara melasti itu hendaknya didahului dengan memuja Tuhan dengan segala manifestasinya' Dewa  adalah sinar suci  dari Tuhan. Dengan berbagai simbol upacara dan simbol yang mampu mengarah pikiran  kearah ketuhanan, dan prosesi melasti ke arah lautan, atau danau, merupakan rangkaian perjalanan yang melalui berbagai desa, dan jalan -jalan yang dilalui  atau umat yang rumahnya dilalui oleh iring-iringan melasti itu menghaturkan sesaji  atau banten ayaban, dan juga aturan pada pengayah atau abdi  yang mengikuti prosesi itu, proses ini adalah bakti, bersedekah pada pengiring, dan perasaan dan keyakinan untuk merasakan bahwa beliau Tuhan yang maha kasih hadir di sekitar tempat  tinggalnya. Penghayatan demikian adalah sebuah panggilan jiwa bahwa   prosesi demikian 'mengajak umat Hindu" merasakan secara bathin kehadiran Tuhan dimana-mana, dan termasuk berstana dalam hatinya. 

Kedua, "Anganyutaken laraning jagat" artinya  melepaskan dan menghayutkan penderitaan masyarakat dan keletehan /kekotoran yang ada dalam masyarakat, termasuk juga yang ada dalam diri sendiri, secara individu. tempat penyucian itu menuju air , daam hal ini yang dituju adalah laut atau danau.  Pada sisi itu, maka  "Melasti" merupakan bentuk simbol yang nyata, untuk menatap diri, bahwa diri  manusia  rentan untuk kotor, oleh karena itu perlu dijaga dengan baik. Maka, dengan memahami hakikat melasti, mulai membersihkan pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik, sehingga bisa terlepas dari penyakit sosial masyarakat, seperti kesenjangan , permusuhan dan intoleransi. Pikiran yang tenang secara biologis memberikan kemampuan pengendalian penyakit, karena kekebalan tubuh manusia tetap terjaga. Oleh karena itu melasti, atau membersihkan diri, tidaklah hanya ritual belaka, dan sesungguhnya itu bisa dilakukan setiap saat, membersihkan diri  lewat puasa pikiran untuk tidak berpikir buruk. 

Ketiga "Papa klesa"  artinya, melasti dapat menghindarkan   rintangan yang menyebabkan kesengsaraan, secara individual diharapkan umat Hindu menyadari rintangan-rintangan dalam hidupnya yang selalu hadir mana kala tidak awas. Ada lima yang menyebabkannya, yaitu (1) Awidya, A= tidak, widya= ilmu, orang tidak berilmu, maka dia berada dalam kegelapan, cara mengatasi adalah 'belajar terus sepanjang hayat", (2)   Asmita  sama dengan egois, mementingkan diri sendiri. Orang yang selalu menganggap dirinya paling benar, akibatnya tidak suka mencari ilmu, maka orang seperti itu tidak akan bisa maju (3) Raga :  mementingkan jasmani, membiarkan panca idria liar  dan proses pengumbaran hawa nafsu terjadi secara masif, (4)  Dwesa : sifat pemarah dan pendendam, sifat ini harus sangat disadari, karena marah kerap menjadikan bingung, (5)  Adhiniwesa : cemas, atau  rasa takut tanpa sebab, (rasa takut mati). Kelima hal itu disebut klesa harus dihindari, agar dapat menjadi bahagia di dunia ini. 

Keempat, "Letuhing Bhuwana" artinya alam yang kotor, maksudnya upacara melasti bertujuan untuk menyadarkan umat Hindu agar peka pada lingkungan, melestarikannya. Intinya menghilangkan sifat-sifat manusia yang mengeksploitasi  berlebihan pada lingkungan , tanpa memperhatikan daya lenting dan daya dukung lingkungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun