Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Raya Nyepi, Inisiasi Penyeimbangan Makrokosmos dan Mikrokosmos

13 Maret 2021   00:51 Diperbarui: 1 April 2021   09:28 2049
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangsa Saka  menjadi contoh karena arah perjuangannya kemudian dialihkan, dari perjuangan politik dan militer untuk merebut kekuasaan menjadi perjuangan kebudayaan dan kesejahteraan. Pendekatan itu sangat berhasil,  maka suku Bangsa Saka dan kebudayaannya benar-benar memasyarakat.

Mulai tahun 125 SM dinasti Kushana dari suku bangsa Yuehchi, berkuasaan di India, dinasti Kushana ini, juga terinspirasi dengan pendekatan yang dilakukan bangsa Saka, yang tidak lagi haus kekuasaan itu. Maka, perubahan pun terjadi, yaitu,  kekuasaan tidak lagi digunakan untuk  menghancurkan suku bangsa lainnya, namun dipergunakan untuk merangkul semua suku-suku bangsa yang ada di India dengan mengambil puncak-puncak kebudayaan tiap-tiap suku menjadi kebudayaan kerajaan (negara). Walaupun demikian dunia selalu menampilkan sisi gelap dan terang, perkelahian dan peperangan masih kerap terjadi.

Suku Saka akhirnya menjadi pemenang, dibawah komando  Raja Kaniskha I,  Belaiu naik tahta obatkan tanggal 1 (satu hari sesudah tilem) bulan 1 (caitramasa) tahun 01 Saka, pada bulan Maret tahun 78 masehi, lalu diperingati sebagai  pergantian tarikh saka, karena  hari keberhasilan kepemimpinan Raja Kaniskha I, dalam hal menyatukan bangsa yang sebelumnya saling bertikai karena  paham keagamaan yang saling berbeda, namun setelah itu menjadi sangat harmoni. Sejak saat itu ( tahun 78 Masehi)  itulah ditetapkan tarikh /perhitungan  tahun Saka, satu tahun  memiliki 12 bulan. Caitramasa sebagai bulan pertama, sama dengan  bulan Maret tarikh Masehi, serta  tarikh Jawa dan Bali di Indonesia sama dengan sasih kesanga.  

Mulai saat itu iklim beragama menjadi kondusif, tatanan masyarakat dibangun dengan harmoni. Oleh sebab itu,  tonggak perubahan itu diperingati sebagai Tahun baru Saka. Sebab kebangkitan, kebersamaan , toleransi  muncul. Kebaikan itu disebarkan ke seluruh  India, asia termasuk Indonesia.

Lalu bagai manakah perkembangan  kalender saka, sampai di Indonesia? Sistem itu dibawa oleh seorang pendeta bangsa Saka yang bergelar Aji Saka dari Kshatrapa Gujarat (India) yang mendarat di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, pada tahun 456 Masehi.

Digambarkan bahwa Sang Aji Saka di samping telah berhasil menyosialisasikan peringatan pergantian tahun saka ini, dengan sebuah kisah menarik dua pengiringnya  atau caraka  beliau diriwayatkan lahirnya aksara Jawa onocoroko doto sowolo mogobongo padojoyonyo. Dua orng pengiring yang diceritakan sama sakti, sama-sama tangguh , sama setia, dan keduanya menjadi mayat. Sebuah rangkai huruf-huruf yang penuh makna yang membuat penduduk melek huruf, untuk memasuki zaman sejarah dengan memperkenalkan huruf Jawa, sebuah pendekatan yang luar biasa dari Sang Pandita Aji Saka.

Pada zaman Majapahit, aktivitas kerajaan berdasarkan kelender Tahun Saka, sehingga dapat dikatakan bahwa kalender  tersebut  benar-benar telah eksis. Oleh karena itu  pada setiap bulan Caitra (Maret), Tahun Saka diperingati dengan upacara keagamaan. Di alun-alun Majapahit, berkumpul, seluruh kepala desa, prajurit, para sarjana, Pendeta Siwa, Budha dan Sri Baginda Raja. Pertemuan itu adalah tentang peningkatan moral masyarakat. Perayaan Tahun Saka pada bulan Caitra ini dijelaskan dalam Kakawin Negara Kertagama oleh Rakawi Prapanca pada Pupuh VIII, XII, LXXXV, LXXXVI - XCII.

Di Bali, perayaan Tahun Saka ini dirayakan dengan  Perayaan Hari raya Nyepi berdasarkan petunjuk Lontar Sundarigama dan Sanghyang Aji Swamandala.

 

RANGKAIAN HARI RAYA NYEPI 

Proses pelaksanaan rangkaian upacara Nyepi di Bali dikoordinasikan dan diawasi oleh masing-masing Kepala Desa Adat bersama stafnya dengan berpedoman pada pedoman umum yang dibuat oleh Parisada Hindu Dharma  pusat maupun daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun