"Kau tak penasaran dengan apa yang ibu sembunyikan di dalam kamar itu?" tanyanya dengan senyum ayu.
Yah, tak bisa kutampik, rasa penasaranku pun sudah memuncak hingga ubun-ubun. Mengalahkan rasa takutku akan angkara ibu.
Di depan kami terpampang liang daun pintu yang menggodaku untuk menilik apa rahasia di baliknya. Sekilas hanya tampak gelap menyelimuti area kamar itu.
Aku memicingkan mata lebih dalam lagi dan mendadak aku terperangah menyaksikan apa yang ada di pojok kamar itu.
"Aku tak yakin dengan apa yang aku lihat, Calla."Â ujarku meragu dan gugup.
"Coba Kau lihat melalui celah ventilasi itu! Di sana ada tangga."Â tunjuknya ke sisi barat kamar.
Bergegas aku mengambil tangga dan segera melongok isi kamar itu kembali. Mataku berusaha memindai dalam temaram lentera untuk mengonfirmasi yang aku tilik tadi.
Dan benar saja, kutemukan sesosok insan terbaring di pojok kamar itu. Tubuhku terguncang ketakutan. Aku lekas menuruni tangga.
"Astaga, benar ada orang di dalam. Siapa dia, Calla? Tak mungkin aku salah melihatnya"
"Kau tanyakan saja kepada ibu, Electra. Tak mungkin ibu tak tahu siapa dia."
***