Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

3 Model Pendekatan Ini Ampuh Meningkatkan Minat Baca Masyarakat, Anak Didik, dan Para Guru

4 Februari 2023   04:32 Diperbarui: 5 Februari 2023   03:00 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak sedang membaca buku di Yayasan Bustanul Hikmah milik Fauzi, penjual jamu di Sidoarjo, Minggu (7/4/2017).(KOMPAS.com/Rachmawati)

Para guru juga perlu dimotivasi supaya punya minat baca dan tidak hanya hebat memotivasi anak didik, tapi mereka sendiri perlu memotivasi diri untuk membaca buku dan mengupdate diri sampai kepada kekinian.

Sebenarnya melalui dinas pendidikan langkah menaikkan minat baca para guru bisa dibentuk. Katakan saja setiap guru tidak ada istilah ada kenaikan pangkat otomatis.

Hal yang penting adalah perlu ujian kompetensi guru. Dalam hal ini, dinas pendidikan dan kebudayaan perlu merencanakan standar kemampuan guru berupa program baca untuk para guru.

Para guru perlu membaca literatur yang wajib dibaca. Bagaimana tahu bahwa para guru itu rajin membaca? Ya pada momen ujian kompetensi itu, soal ujian  tentu saja datang dari buku-buku yang wajib dibaca oleh para guru.

Dengan cara itu, otomatis bahwa para guru mesti membaca buku-buku itu. Karena tanpa membaca literatur itu mustahil bisa lulus dalam ujian kompetensi.

Nah, ini hanya merupakan satu strategi supaya para guru juga punya minat baca buku. Soalnya terkesan, semakin ke desa, semakin jauh kehidupan para guru dengan kebiasaan membaca buku.

Pengalaman pertama belajar membaca buku pada tahun 1999-2000

Pada tahun 1999 ketika berada pada proses formasi khusus selama dua tahun, kami diwajibkan membaca 65 buku. Pertama kali mendengar penegasan dari sang magister pada masa itu, jantung saya langsung berdebar.

Pasalnya, sejak SD sampai SMA, saya belum terbiasa membaca buku. Bagaimana saya bisa membaca 65 buku itu, ditambah dengan tuntutan lainnya bahwa selama dua tahun harus membaca Kitab Suci dari Kitab Kejadian sampai Kitab Wahyu.

Oleh karena tuntutan yang mau tidak mau harus dipenuhi supaya ada kelanjutan proses formasi ke jenjang yang lebih tinggi, maka dalam waktu dua tahun saya bisa menyelesaikan itu semua dengan baik.

Saya masih ingat, ada satu buku terjemahan yang sangat tebal hampir 1000 halaman yaitu buku Wajah Tersembunyi dari Santa Theresia dari Lisieux.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun