Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ini Kisah dan Cara Saya Membangun Komunikasi dengan "Orang Sulit"

24 Januari 2023   16:55 Diperbarui: 24 Januari 2023   17:26 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini kisah dan cara saya membangun komuniksi dengan "orang sulit" | Ilustrasi gambar diambil dari id.wikihow.com

Pernahkah kamu mengalami kesulitan memulai komunikasi dengan orang-orang tertentu entah itu di rumah, di kantor, saat perjalanan dan tempat lainnya?


Ada satu hari di bulan Januari yang begitu indah dan tak bisa saya lupakan. Di sebuah lorong tengah di antara dua rumah jompo (Altenheim) tempat saya bekerja duduk seorang pria berbadan kekar, tinggi besar.

Wajahnya tampak seram dan tak bersahabat. Saya masih ingat kejadian kecil di tahun silam. Ia duduk di sebuah kursi dengan lapisan bantal berwarna merah. 

Berjaket hitam dan Jeans biru, duduk sambil melipat kakinya, sambil melihat siapa saja yang lewat di lorong tengah itu. Ketika saya hendak melalui lorong itu, dari jarak tiga meter, ia sudah berteriak, " Ich will nicht, ich möchte nicht das lesen atau saya tidak ingin itu dan saya tidak mau membaca itu."

Hari itu saya membawa koran "Glauben und Leben" atau iman dan hidup. Saya sudah tahu bahwa ia tidak suka membaca dan saya juga tidak bermaksud menawarkan koran itu kepadanya.

Sebagai reaksi dengan tenang saya menjawab, "Ya minta maaf, saya tidak bermaksud memberikan koran ini kepada Anda. Saya akan membawa koran ini untuk orang lain di sana."

Ia memahami itu dan kembali diam sambil terus menikmati tempat duduknya. Saya memaklumi psikis orang tua yang mungkin lebih ingin sendiri daripada berjumpa orang lain.

Bahkan ia rupanya lebih ingin memberi sesuatu kepada orang lain, daripada harus menerima sesuatu dari orang lain. Tak heran selang beberapa menit setelah saya melewati tempat ia duduk, katanya, " Ich habe kein Geld atau saya tidak punya uang." 

Saya tidak bisa lagi menjawabnya, tapi saya akhirnya mengerti bahwa dia masih punya alasan. Nah, punya alasan untuk berargumen itu tandanya bahwa ia masih sehat. Ya, sehat pikiran tentu saja.

Cerita tahun lalu berakhir dan tidak ada lagi percakapan selanjutnya, meski tetap saja saya menyapanya setiap hari Jumat dalam seminggu dengan salaman sederhana, selamat pagi, siang dan sore.

Pria itu menjawab dengan begitu sederhana juga, "pagi, siang, sore". Percakapan kami begitu singkat dan sederhana. 

Semua itu terjadi bukan karena saya irit kata-kata, tetapi saya menduga bahwa ia tidak suka berbicara dengan orang dan mau berbicara cuma seperlunya saja.

Jumat, 20 Januari 2023, jam 11.00 saya melintas pada area yang sama, di mana pria itu duduk pada kursi yang sama. Pertama ia melihat saya datang, ia cepat-cepat membuang wajahnya ke arah lain. Saat itu, saya sudah melihat bahwa ia merasa tidak nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun