Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ini Kisah dan Cara Saya Membangun Komunikasi dengan "Orang Sulit"

24 Januari 2023   16:55 Diperbarui: 24 Januari 2023   17:26 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini kisah dan cara saya membangun komuniksi dengan "orang sulit" | Ilustrasi gambar diambil dari id.wikihow.com

Sejak saat itu, saya amati bahwa ucapan yang sama terus diulangnya. Vorbei ist vorbei. Maksudnya bahwa orang tidak harus memikirkannya kembali apalagi harus pulang ke masa lalu. Tidak, itu sudah berlalu, biarkanlah itu berlalu dan saya melihat ke depan mulai dari hari ini.

Lebih lanjut, tiba-tiba saja ia mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan Ausweis (KTP) nya dan menunjukkan kepada saya identitas pribadinya.

Saya merasa heran awalnya, tapi saya akhirnya sadar bahwa oleh karena ada rasa saling percaya (vertrauen), maka ia bisa menunjukkan identitasnya, ia bisa menjadi lebih terbuka.

Suasana keakraban di antara kami terasa begitu berbeda dari tahun lalu dan minggu-minggu sebelumnya. Saya mulai dengan memanggil namanya, tuan Eduard.

Sekalipun percakapan akrab berlalu satu jam, saya masih menyimpan ragu, apakah dia masih tetap ramah dengan saya. Setelah makan siang, saya berdiri di lantai dua dan dari situ saya melambaikan tangan kepada tuan Eduard.

Saya terkejut, ternyata ia bisa membalas lambaian tangan saya. Saat itu hati saya terasa sangat bahagia. 

Saya merefleksikan, mengapa saya bahagia dengan peristiwa perjumpaan dengan tuan Eduard itu. Ini alasan kebahagiaan saya:

1. Selama ini saya terpenjara oleh pikiran saya sendiri, bahwa karena wajahnya seram, pasti dia tidak bisa menjadi ramah. Peristiwa itu telah mengubah perspektif saya tentang misteri wajah dan hati manusia bahwa ada orang yang wajahnya seram, tapi hatinya lembut dan baik.

2. Komunikasi dengan orang lain itu bukan suatu keharusan, tapi sebuah proses. Orang perlu mencoba berulang kali dengan menyapa secara singkat secara rutin. Lama kelamaan dia akan tahu bahwa kita sudah sering bertemu dan tidak asing lagi, maka kita bisa saling berbicara dan di sana ada rasa percaya.

3. Betapa pentingnya tugas pelayanan yang melampaui rencana. Saya menjadi sadar bahwa hari kerja saya tidak boleh hanya untuk memenuhi jam-jam yang sudah saya rencanakan, tetapi saya harus tetap terbuka pada siapa saja yang spontan mengajak saya berbicara (Gespräch) tanpa janjian (ohne Termin).

4. Punya waktu yang cukup untuk orang yang ingin berbagi cerita itu ternyata membahagiakan.

5. Mendengarkan orang lain dan memberikan respek yang menjadikannya berarti terkait perjuangan hidupnya sendiri, terkait pandangannya itu ternyata punya energi yang menjadikan kita akrab.

Salam berbagi, ino, 24.01.2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun