Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Riuh Resah Kata-kata

9 Januari 2023   17:10 Diperbarui: 9 Januari 2023   17:18 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Riuh resah kata-kata | Dokumen pribadi oleh Ino

Pagi-pagi terbangun di sapa cahaya sang fajar

Membuka mata sejenak lalu menjelajah barisan kata-kata

Menatap buah karya kawan-kawan yang berpantun sahut sahutan

Menghibur saat pertama membaca kata tafsiran, tersenyum simpul ketika ada hiperbola dan gaya lainnya

Semakin menyentuh ruang privat, semakin transparan dan semakin memikat

Imajinatif pagi menyengat nalar

Melaju dengan waras ke tepian atmosfer hidup manusia

Tidak terperangkap lubang dan gundukan di jalanan

Mengkritisi yang biasa-biasa tanpa lupa dinding etis antara kita

Yang tua dan muda, semuanya sama punya rasa

Cinta, rasa bersalah, rasa iri, rasa galau, rasa sakit, rasa disudutkan

Terpojok lagi-lagi bisa karena kata-kata

Riuh resah rumah kita karena kata-kata

Kata canda, lalu waras dan santun apa adanya, itu luar biasa tentang imajinasi kita

Imajinasi dari tepi realitas yang nyata

Mengubah kata-kata hingga hidup dan berwajah

Rupa-rupa wajah itu tergantung adanya kata-kata

Wajah pucat karena ada kata pedas

Wajah kecut karena ada kata asam

Wajah galak karena ada kata tidak masuk akal

Wajah riang karena ada kata hiburan

Wajah manusia berubah seturut kata yang diucapkannya

Wajah kota berubah sesuai pemimpinnya

Wajah sekolah berubah karena riuh suara latto-latto misalnya

Wajah puisi berubah karena diksinya

Salam berbagi, ino, 9.01.2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun