Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

3 Alasan Menolak Usulan "Penomoran Partai Peserta Pemilu 2024 Tidak Perlu Diganti"

24 November 2022   06:18 Diperbarui: 24 November 2022   15:03 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 alasan menolak usulan penomoran peserta partai pemilu 2024 tidak perlu diganti | Dokumen diambil dari: ndpol.palangkaraya.go.id

Sekali lagi kalau seperti itu, sebenarnya pemilu kita akan menjadi cacat. Hal ini karena orang memilih dalam situasi terdesak. Baiklah nomor urut peserta partai yang lama, biarlah itu menjadi bukti sejarah tentang pemilu masa lalu kita.

Mungkin lebih demokratis, jika untuk pemilu 2024 partai-partai peserta pemilu 2024 perlu memilih lagi undian nomor urut. Undian nomor urut ini akan menjadi bukti bahwa rezeki menjadi yang terdepan itu bukan sebuah warisan pemilu yang lalu, tetapi suatu keberuntungan saat ini.

Catatan kritis tentang usulan Bu Megawati

Pertimbangan hemat memang penting, tetapi akan lebih penting pertimbangan kualitas demokrasi kita. Mengapa? Ada satu kerugian besar jika mengikuti satu usulan menggunakan alat peraga yang lama.

Kerugiannya adalah sistem dan kebijakan saat ini seperti menciptakan konsep abstraksi bagi pemilih yang pada akhirnya tidak bisa melihat kemungkinan lain, selain yang di depan mata. 

Saya jadi ingat saat belajar filsafatnya  Alfred North Whitehead pada tahun 2004, satu gagasan yang saya suka adalah tentang "abstraksi".

Ketika seseorang membuat abstraksi, maka ia sedang menyembunyikan hal-hal lainnya, kebebasan lainnya, kemungkinan lainnya yang barangkali juga penting. Pembuat abstraksi memang punya alasan praktis seperti kekurangan waktu untuk membaca semua teks, jadi buatlah ringkasannya.

Nah, akan tetapi, abstraksi itu tetap saja tidak bisa mewakili keseluruhan. Yang saya maksudkan dalam konteks tema kita adalah pemilu yang demokratis tidak boleh menggunakan konsep abstraksi, apalagi dengan sengaja menciptakan tekanan psikis agar pemilih hanya punya pilihan pada satu halaman kecil yang terdepan.

 

Salam berbagi, ino, 24.11.2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun