Mohon tunggu...
Muhammad Maulana Firdaus
Muhammad Maulana Firdaus Mohon Tunggu... Atlet - Asisten Peneliti

Enthusiastic writer educated in such editorial roles as reporting, scientific writing and research.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

3 Alasan Orang Tidak Ingin Masuk Komunitas Lari Menurut Saya

2 Maret 2024   08:00 Diperbarui: 2 Maret 2024   08:06 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menurut hemat saya, lari sedang menjadi tren di kalangan masyarakat pecinta olahraga selama hampir setahun terakhir. Mulai dari remaja bahkan hingga orang tua (ya, orang tua yang saya maksud adalah orang tua renta), sering kali saya jumpai sedang berlari di kawasan Bogor. Kebanyakan dari mereka ada yang menggunakan peralatan yang proper ada yang tidak. Contohnya, saya pernah melihat anak muda berlari menggunakan sepatu futsal, atau bahkan yang lebih parah ada yang lari memakai sendal jepit. Kalau boleh jujur, agak sedih lihatnya karena dapat menyebabkan cedera, tapi di lain sisi juga memperlihatkan kalau olahraga lari bisa untuk siapa saja meskipun tidak memakai peralatan yang sesuai.

Saking nge-trend nya, banyak teman-teman saya yang sebelumnya tidak suka olahraga mulai ikut berlari. Wajar karena selain tidak dibutuhkan teknik tertentu juga sepertinya lebih mudah mengajak teman untuk berlari ketimbang olahraga lain. Kenapa? Ya mungkin karena olahraga lari hanya bermodalkan niat saja. Kalau mau nyeker atau barefoot, tetap bisa lari kok!

Karena mudahnya untuk mengajak orang dan memang banyak orang yang sedang gemar berlari, mulai muncul lah komunitas-komunitas lari. Jika dilihat secara detail, tujuan dibentuknya komunitas lari adalah mengajak mereka yang gemar berlari tapi tidak mempunyai teman. Mempunyai teman di sebuah komunitas juga memudahkan kita untuk mencari koneksi sebanyak-banyaknya. Sayangnya, saya melihat ada beberapa teman yang sebenarnya ingin berlari atau sekedar jogging santai tapi tidak punya teman tapi juga segan atau malu untuk bergabung ke dalam komunitas lari.

1. Tidak punya sepatu branded
Alasan yang paling saya dengar adalah malu karena tidak punya sepatu lari yang mahal. Memang tidak bisa dipungkiri kalau banyak dari mereka yang berada di komunitas lari (terutama di kota-kota besar) memakai sepatu lari seharga jutaan dengan merek-merek besar seperti Nike, Adidas, dsb. Saya pernah mengajak beberapa teman untuk ikut bergabung ke dalam komunitas lari tetapi ada 1 kalimat yang sangat menggelitik yaitu "malu karena punya sepatu lari merek lokal dan murah". Untuk saya, sepatu lari murah bukan sebuah alasan untuk tidak bergabung ke dalam komunitas lari karena selain para anggota tidak ada yang peduli, alasan itu juga tidak masuk di akal. Olahraga adalah sebuah aktivitas yang membuat kita berkeringat dan merek sepatu lari tidak ada hubungannya dengan definisi dari olahraga itu sendiri. Selama itu nyaman dan mampu mengurangi cedera, saya tidak keberatan dengan orang yang punya sepatu lari lokal atau yang lebih murah. You pay what you get, but it doesn't mean the cheap one is not good.

2. Tidak punya baju lari mahal
Alasan yang kedua untuk saya lebih menggelitik daripada alasan pertama. Saya berbohong kepada diri sendiri apabila berkata bahwa baju lari mahal memiliki segudang teknologi yang mampu membantu para penggunanya. Misal, teknologi ADV TechKnit Ultra yang dibuat oleh Nike memiliki daya serap yang lebih baik dan mampu menjaga tubuh tetap sejuk di cuaca panas. Tapi bukan berarti kita harus punya baju mahal. Pada dasarnya, baju olahraga memakai material polyester yang dapat menyerap keringat, berbeda dengan baju kasual yang kebanyakan menggunakan katun. Saya rasa mau dari merek apa pun akan tetap nyaman asal baju tersebut mampu menyerap keringat dengan baik. Satu lagi, jangan lupa terkadang teknologi yang disematkan dalam baju mahal itu hanyalah gimmick saja dan tidak memiliki pengaruh yang signifikan bagi penggunanya. Menggunakan baju lari mahal bukan berarti badan kalian tetap kering selama berlari kok!

3. Khawatir dengan pace
Bagi saya, alasan terakhir ini masih masuk akal mengingat kecepatan lari kita dapat diukur menggunakan jam ataupun aplikasi seperti Strava. Aplikasi tersebut menghitung waktu kita berlari dalam 1 kilometer. Jika kita memiliki pace 4, berarti dalam 1 kilometer kita berlari sekitar 4 menit. Dengan adanya aplikasi tersebut membuat kita termotivasi untuk setidaknya "lebih kencang" dibanding terakhir kita berlari.
Tapi, entah mengapa pace menjadi sebuah parameter tersendiri yang dapat menimbulkan rasa minder dan kekhawatiran untuk bergabung dengan komunitas lari. Perlu diingat bahwa pace bukan lah segalanya. Mereka yang memiliki pace kencang mungkin sudah mengetahui seperti apa teknik berlari yang benar. Stamina mereka pun mungkin sudah lebih baik dibandingkan dengan mereka yang baru mulai gemar berlari. Mereka yang masih "lelet" tidak usah berkecil hati karena biasanya komunitas lari tidak mementingkan pace. Kalau pun ada yang tetap ingin berlari kencang, mereka akan meninggalkan teman-teman yang lebih lambat. Keringat lebih penting daripada mikirin pace!
Komunitas lari bukan lah komunitas yang menuntut segala hal menjadi serius ataupun kompetitif. Tidak masalah jika kalian tidak punya sepatu mahal, baju mahal, bahkan pace yang lambat. Komunitas lari dibentuk semata-mata untuk menambah relasi saja dan hanya untuk bersenang-senang. Kalimat bahwa sport makes you happy merupakan contoh konkret dari komunitas lari, selama komunitas lari tersebut memiliki visi just for fun. Saya berharap ke depannya tidak ada yang minder atau segan untuk bergabung dengan komunitas lari. Bergabung dengan komunitas lari juga memiliki banyak manfaat kok, yang penting kalian niat dan tidak malas untuk berolahraga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun