Mohon tunggu...
Inosensius I. Sigaze
Inosensius I. Sigaze Mohon Tunggu... Lainnya - Membaca dunia dan berbagi

Mempelajari ilmu Filsafat dan Teologi, Politik, Pendidikan dan Dialog Budaya-Antaragama di Jerman, Founder of Suara Keheningan.org, Seelsorge und Sterbebegleitung dan Mitglied des Karmeliterordens der Provinz Indonesien | Email: inokarmel2023@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Badai Ucapan yang Terlambat

24 Oktober 2021   01:23 Diperbarui: 24 Oktober 2021   01:28 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Badai ucapan yang terlambat | Dokumen pribadi oleh Ino

Aku datang dari desa yang belum akrab dengan kebiasaan-kebiasaan kota. Di sana malah aneh kalau ulang tahun dirayakan besar-besaran.

Potong kue ulang tahun pun terasa aneh. Ya, aneh sekali di sana. Apalagi kalau pagi-pagi bernyanyi di depan pintu kamar seorang yang berulang tahun.

Apa-apaan sih? Ini bukan karena korona, tapi memang seperti itu kebiasaan yang memang tidak biasa terlihat di sana. 

Aneh juga, orang tua lupa hari ulang tahun anak-anaknya. Seorang saudara lupa ulang tahun kakaknya, bahkan ada anak yang lupa hari ulang tahun ibu dan ayahnya.

Saya pernah melihat orang tua itu menulis pada dinding rumahnya tanggal bulan dan tahun kelahiran anaknya 13 tahun silam. Ia menulis dengan warna hitam, ya dari arang kayu api.

Saya jadi mengerti mengapa sekarang ia lupa tanggal ulang tahun anaknya sendiri. Semua karena dana desa, dana yang mengalirkan perubahan di desa-desa.

Rumah-rumah dirombaknya. Tulisan dari tinta arang dihapus dan dibuangnya. Orang tua itu berada di persimpangan antara hidup selaras dengan kemajuan dan meraih uang serta popularitas.

Ingin sekali mempertahankan tradisi ramah tamah ala orang desa, namun mengucapkan selamat ulang tahun itu kami tidak biasa tepat pada waktunya.

Ingin menggapai kemajuan seperti orang-orang kota, namun dinding handphone kami selalu saja noise. Tapi anehnya, voice nya terdengar setelah ulang tahun lewat. 

Maaf, mendahulu hari H, katanya itu kutukan. 

Walau ada juga seorang ibu ndeso yang bilang "itu tidak sopan kalau melupakan ulang tahun orang serumah." Benar enggak sih?

"Sssssst yang penting niat dan doa murni dari hati. Kita tetap serumah, lupa itu manusiawi.

Hidup masih panjang, hari esok masih ada, bulan purnama akan datang, musim pun berganti, senja akan pergi, namun fajar akan muncul kembali nanti."

Ibu ibu bapa bapa jangan lupa memberikan ucapan selamat ulang tahun orang serumah! Ucapan selamat mu adalah doa dan berkat.

Jika bisa, berilah satu ucapan indah dengan setangkai mawar, maka senyum dan tawa akan mekar dan merasuk jiwanya, rasa dekat dan akrab bisa mengalir dalam sunyi literasi kita.

Badai ucapan yang terlambat kadang menorah sisi hati hingga perih, seakan terlupakan, mengapa bisa melupakan ulang tahun orang yang serumah dengan kita? 

Tidak....tidak...kami kadang terlalu larut dalam noise dan voice

Kebisingan hidup menutup indera untuk mendengar jeritan sukacitamu

Sorak sukacita pribadi menelan voice kenangan bersama kita.

Badai akan berlalu, doa tidak pernah terlambat, cita-cita perubahan kami sarungkan dalam dada.

Kita tetap bersama, walau terkadang lupa bahwa usia mudamu menunggu buaian kata dan cinta.

Cuma kata dan ungkapan cinta yang menyingkirkan lupa bisa mengubah suasana rumah kita. 

Rumah inspirasi, opini, fiksi, politik, ekonomi, dan lain-lain.... ada di sini.

Rumah masa depan kita, rumah perjumpaan, rumah belajar, rumah bahagia, rumah kencana Kompasiana.

Salam berbagi, ino, 24.10.2021.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun