Sajak JanuariTelah kusisihkan uang,Untuk membeli sepatu boots dan mantel,Ketika lembar baru kalender mulai di cetak.Kemudian ku teliti massa otot,Sang
Menyulam MimpiMerasakan rindu dalam lamunanMendekap kejora yang berimbunDi telaga biru itu ku endapkanSegala rasa; konsistenBerkumandan hati dan pikir
Menjelang waktu subuh hariDi hamparan gurun pasir luas tak bertepiDi bawah cahaya purnama nan asriSeorang sufi mematung berdiri sendiriMerenungi kealp
Dua Sejoli; Tjiptadinata dan RoselinaKembara telah terekam sekian puluh ribuBersamamu kekasihkuTak terhitung jumlah hari, jam, menit apalagi detikWakt
Malu beranjak malu-malu ke belakang pintu. Barisan senyum tergantung kaku di paku nomor satu. Deretan suara terbungkus plastik hitam di paku nomor dua
Mataku belum terpejam Tetap bersinar dalam malam Ada rasa yang terpendam
Sekilasdari balik senyumnyakutangkap rintik tangisyang buru-buru ia kikisdengan bibir tersenyum manisSelintasdari balik bahak tawanyakutara sebuah kis
AncolPurnamaSepiDulu aku pesan vietnam dripuntukku kopi Gayountukmu Sidikalangkau bercerita riangtentang energi bulangravitasinya yang bisa bikin laut
Aku mau kau baca puisiku di Ratu Boko saat purnama dimulai dari sandyakala langit lembayung menuju jingga Kau mau kubaca puisimu di Ratu Bokodi tiga w
Desember Telah Menaja DirinyaSebelas purnama telah mangkatPun Blue Moon di akhir oktober telah tamatBayi rembulan telah perlahan merasukHendak melafal
Majelis RinduSetelah pengembaraan cukup panjangdengan setangkup rona melelahkandan sejumput perhelatanBerjuta jarak tempuhMembuat kita bertelimpuhDala
Ingin kuceritakan padamu, lima hari lagi mungkin bulan menjadi purnama. Bulat penuh.
Di antara sore, malam dan purnama menanti ketidakpastian yang sempurna.
“Ubahlah wujudmu, Anakku” Sosok semampai. Mata dan bibir memucat. Kulit wajah nan putih. Perlahan dan perlahan, berubah. Cantik memesona.
Pagi jatuh dengan tergesa-gesa. Seperti anak gadis yang dipingit dasawarsa.
Pada sebuah senja yang kehabisan warna jingga, inilah saatnya kau mewarnainya dengan tangga nada. Agar segala rasa remuk redam, mengubah dirinya menja
Langit malam bercahaya, tapi kenapa yang terlihat hanyalah Awan?Padahal seharusnya malam ini Purnama sempurna bulatnyaTernyata separuh Purnama t
Lihatlah rembulan yang terlihat sempurna bulatnya, pancarannya seterang dua bola matamu, teduhnya seperti tatapanmu, rembulan penerang gelapnya malam,
Malam, kutitipkan kepadamu kidung bersenandung nestapaBersama jeritan langit menari luka dalam dadaSenada lara di relung deritaDari tulus cintaku yang