Bulan merah terus menatap tajam seakan mata Siwa yang akan menjemput jiwa kelana.
Gumpalan mendung sisa gerimis sore tadi masih menggelayut namun enggan menutupi wajah bulan.
Si Kelana masih terbaring lunglai tanpa daya tanpa kata.
Menatapku pun tak mampu.
Lama kami berbincang dalam keheningan.
Hanya terdengar isak tangis lirih sang belahan jiwa yang tak ingin perpisahan terjadi.
Dari balik jendela kulihat wajah bulan semakin redup memerah tertutup gumpalan-gumpalan awan hitam mengiringi jiwa kelana menuju keabadian.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI