Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pengguna Media Sosial: Terkoneksi dengan Ribuan tapi Terisolasi di Social Settings

12 Maret 2017   14:27 Diperbarui: 13 Maret 2017   02:01 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengguna ponsel di KRL (Sumber: citraindonesia.com)

“Tolong, ibu hamil berikan tempat duduk.” “Berikan tempat duduk kepada ibu yang bawa anak.” Inilah antara lain yang sering diteriakkan kondektur bus TransJakarta dan Pam di KRL kepada penumpang.

Mengapa mereka tidak sensitif?

Banyak di antara penumpang yang ‘sibuk’ dengan ponsel dan sebagian lagi ‘tertidur’ sehingga tidak melihat skala prioritas yang berhak duduk. Saat itu mereka terhubung dengan ribuan bahkan belasan ribu ‘teman’ sesama pengguna media sosial, seperti WhatsApp, Twitter, Instagram,You Tube, dll., tapi pada saat yang sama mereka terisolasi dari lingkungannya di dalam busway atau gerbong KRL.

Risiko Kematian

Sebuah studi baru, seperti dilaporkan VOA Indonesia (Penggunaan Media Sosial Berlebihan, Bisa Picu Isolasi Sosial, 9/3-2017), menyebutkan orang dewasa muda yang menghabiskan banyak waktu untuk mencari hubungan sosial di media sosial malah bisa merasa terisolasi secara sosial.

Banyak di antara penumpang bus TransJakarta dan KRL yang memegang ponsel di salah satu tangannya sedasngkan tangan yang lain memegang tas sehingga mereka kesulitan berpegangan. Ada yang memakai siku untuk manahan badan. Ada pula yang berusaha agar tetap tegak. Ponsel terhubungan ke telinga kiri dan kanan dengan earphone sehingga suasana ril tidak bisa mereka dengarkan.

Studi tersebut menemukan orang-orang yang menggunakan media sosial lebih dari dua jam per hari justru "berpeluang dua kali lebih besar untuk merasakan isolasi sosial dibanding rekan-rekan mereka yang menghabiskan kurang dari setengah jam di media sosial setiap hari."

Sejak harga ponsel yang digerakkan Android mulai terjangkau kalangan menengah ke bawah, bahkan ada yang berharga di bawa Rp 1 juta, ponsel pun dipakai untuk keperluan media sosial. Belakangan karena begitu mudahnya menyebarkan kabar melalui media sosial mulailah muncul penyebarluasan ujaran kebencian (hate speech), fitnah, adu-domba, SARA, dll. 

Tidak hanya sampai di situ ada pula kelompok yang sengaja merancang dengan menulis berita bohong yang dikenal sebagai hoax. Mereka menggalang pengguna media sosial dengan imbalan uang jika mempunyai jaringan yang banyak sebagai tujuan menyebarkan hoax. Celakanya, hoax dirancang sebagai ‘berita’ yang dikesankan benar sehingga banyak yang terkecoh. Hoax adalah ‘berita’ berupa kebencian tapi ‘pas’ bagi sebagian pengguna media sosial karena mereka mencari kata kunci (tag) dengan kebencian yang ada di hati mereka.

Itulah sebabnya hoax tidak akan pernah hilang karena ‘the haters’ akan terus mencari ‘berita’ dengan kata kunci kebencian mereka ("Penggemar" Hoax Justru Mengabaikan Berita Faktual di Media Mainstream).

Selain isolasi sosial peneliti peneliti dari University of Pittsburgh School of Medicine juga menambahkan bahwa peningkatan isolasi sosial telah dikaitkan dengan "peningkatan risiko kematian”, seperti ditulis di American Journal of Preventive Medicine. Memang, kebencian merupakan ‘penyakit hati’ yang bisa membuat seseorang stres yang kemudian bermuara pada depresi karena kebencian mereka tak kunjung selesai. Sedangkan yang dibenci justru dapat simpati luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun