Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hal-hal Kecil yang Sesungguhnya Paling Siginifikan

21 September 2017   07:34 Diperbarui: 21 September 2017   07:46 2083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi


Beberapa hari lalu sepulang sekolah, seperti biasa aku bertanya pada anakku, "Ada apa saja tadi di sekolah?"

"Aku berjalan, Bunda," jawabnya riang gembira.

"Kalau jalan iya pasti. Alhamdulillah. Apa lagi yang terjadi di sekolah tadi?" tanyaku lagi.

"Aku bernafas, Bunda," jawabnya lagi sambil menatapku gembira.

"Bernafas juga pasti. Alhamdulillah. Apa hal yang paling signifikan yang terjadi di sekolah buat kamu?" tanyaku lagi, karena tak mau terima jawaban berjalan dan bernafas.

"Bernafas itu hal yang paling signfikan, Bunda. Tanpa bernafas aku tak akan bisa berbuat apa-apa," jawabnya lagi dengan semangat penuh senyum, dengan mata berbinar-binar. Ia tahu aku belum happy dengan jawabannya, dan inilah caranya menggodaku.

Dan akupun kembali terhenyak. Iya ya... seringkali bagi orang dewasa hal-hal signifikan itu tak lagi dianggap signifikan dan terlupa untuk disyukuri. Kadang kita ingin mendapat hal-hal lain yang dianggap jauh lebih penting, jauh lebih berharga. Padahal justru yang kita anggap sepele dan tidak penting itulah hal yang paling penting dan paling berharga.

Kita lupa, dan seringkali anak kecil jauh lebih ingat, lebih pandai menghargai hal-hal yang berharga seperti itu. Bersyukurlah mereka yang tinggal bersama anak kecil yang selalu menjadi guru yang sangat berharga, mengingatkan kita untuk selalu mensyukuri hal-hal kecil setiap hari.

Manusia adalah turis di muka bumi. Saat baru datang, semua turis selalu takjub melihat tempat yang didatanginya. Berbagai gumaman kagum terucap, "Wow.." ada di mana-mana. Tapi kalau mereka tinggal cukup lama di tempat yang sama "Wow" itu pelan-pelan hilang, dan mereka menganggap berbagai hal yang menakjubkan itu biasa-biasa saja.

Saat mereka baru datang, mudah untuk mencari hal yang bisa membahagiakan. Semua membahagiakan. Begitu hal-hal yang membahagiakan menjadi hal yang biasa, mereka butuh hal-hal baru lagi untuk menjadi bahagia. Seperti aku yang mengejar jawaban anakku di luar "bernafas dan berjalan" karena keduanya tampak "biasa" di mataku, seorang dewasa, turis yang sudah lama tinggal di dunia.

Pertanyaannya, bagaimana caranya agar kita bisa terus melihat segala sesuatu hal dengan mata takjub dan kagum? Karena kita tak pernah bisa menciptakan semua hal yang kita lihat itu. Dan semua hal yang kita lihat dibuat dari bahan-bahan di alam semesta yang tak pernah bisa kita ciptakan. Betapa jauh kita dari kemampuan Sang Penciptanya yang Maha Luar Biasa, Maha Menakjubkan. Dan semua diciptakan untuk kita.

Tidakkah semua perlu kita syukuri? Kita kagumi?

Bagaimana caranya agar kita selalu bisa mensyukuri segalanya?
 Melihat daun di pinggir jalan dengan mengingat bahwa mereka semua sedang bertasbih dan menyapa kita dengan bahasa yang tak kita ketahui?
 Melihat gunung yang kokoh berdiri sambil mencoba mendengar tasbih yang mereka bacakan, dan berkata, "Aku berdiri memancang bumi untuk kamu."
 Dan memang semua diciptakan untuk kita.
 Setiap hal "sepele" seperti udara, air, tanah... semua tampak biasa
 Tapi coba kalau semua tak ada?
 Coba kalau kita disuruh buat semua itu, apa bisa?
 Apa kita harus tunggu sampai semua tak ada baru bisa bersyukur?
 Dan semua untuk siapa kalau bukan untuk kita?
 Lalu kita layak kalau masih mengeluh terus, gitu?

Apa rasanya kalau kita jadi anak kecil yang mensyukuri semua hal kecil hari ini?
 Yang melihat segala sesuatunya dengan mata takjub, kagum?
 Yang memuji penciptanya sambil terus berterima kasih?
 Membaca kata yang tak terdengar dari semua hal "sepele" yang kita temui?

Bagiku itu semua nikmat dan penuh haru. Bagaimana denganmu, sahabat?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun