Mohon tunggu...
Indah Fara Dilla
Indah Fara Dilla Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi IAIN Langsa

stay healty, self love

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Resiliensi Diri Selama Masa Pandemi

29 Januari 2022   14:40 Diperbarui: 29 Januari 2022   14:48 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pandemi Covid-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik namun juga kesehatan mental. Masyarakat dihadapkan oleh perubahan tatanan kehidupan sosial yang signifikan seperti pembatasan sosial, pemotongan jumlah karyawan, kewajiban bekerja dari rumah, hingga mengajar anak sekolah online. 

Berbagai hal ini menjadi penyebab banyak orang mengalami permasalahan kesehatan mental seperti peningkatan kecemasan dan stres yang berefek pada perilaku tidak produktif. Tidak hanya itu, banyak orang terpaksa untuk beradaptasi dengan realitas baru yang didominasi oleh ketakutan akan penyebaran dan penularan virus.

Oleh karena itu, kemampuan resiliensi sebagai benteng ketahanan diri untuk bertahan di tengah kondisi pandemi global saat ini perlu untuk ditingkatkan. Resiliensi adalah kemampuan individu untuk beradaptasi secara positif dan efektif sebagai strategi dalam menghadapi kesulitan.

Makna resiliensi ini merupakan sebuah proses dari hasil adaptasi dengan pengalaman hidup yang sulit atau menantang. Secara sederhana resiliensi ini merupakan keuletan dan keteguhan seseorang dan dibutuhkan setiap orang karena akan menjadi sumber kekuatan yang membuatnya mampu bertahan dalam kondisi apapun. 

Resiliensi adalah kemampuan individu untuk bisa bangkit dari kondisi sulit dan mampu kuat lagi meskipun pernah menjadi lemah dan jatuh sebelumnya. Dengan situasi pandemi seperti sekarang memang bukan situasi yang menyenangkan, nah, cenderung memberikan dampak negatif. Maka dari itu penting untuk kita memiliki faktor pendukung atau pembentuk pribadi yang exilient. Ada 7 aspek pembentuk pribadi yang  resilien (Reivich dan Shatte: 2002), antara lain:

  • Regulasi Emosi; kemampuan untuk tetap tenang dan fokus dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah.
  • Pengendalian Impuls; kemampuan individu dalam mengontrol dorongan keinginan dan tekanan yang muncul dari dalam diri individu itu sendiri.
  • Sikap Optimis; artinya bahwa individu dapat menyelesaikan masalahnya dan melewati kondisi yang terberatnya.
  • Empati; tingkatkan empati dengan kemampuan individu untuk memahami tanda-tanda emosional dan psikologis orang lain.
  • Kemampuan Analisis Masalah; kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyebab dari permasalahan yang dihadapi;
  • Efikasi Diri; keyakinan bahwa individu mampu memecahkan masalah yang dialami dan mencapai kesuksesan.
  • Mengambil Hikmah; tingkatkan kemampuan individu untuk memaknai permasalahan yang dihadapi sebagai kekuatan di masa depan.

Perlu diketahui resiliensi individu memiliki tingkatan yang berbeda-beda. Mulai dari tinggi, sedang hingga rendah hal itu disebabkan karena resiliensi dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya: 

Yang pertama, faktor individual yang mencakup kemampuan kognitif individu, konsep diri, harga diri dan kompetensi sosial. Semua hal tersebut akan mendukung resiliensi akademik yang tinggi apabila dapat dikelola secara maksimal. 

Faktor kedua, faktor keluarga yang meliputi dukungan orangtua atau anggota keluarga untuk membantu individu menghadapi masa-masa sulitnya. Keluarga adalah orang terdekat sehingga sangat mengerti karakter dan kebutuhan individu. Faktor ketiga, faktor eksternal atau komunitas; faktor ini mencakup lingkungan sosial dan ekonomi. Kondisi sosial dan ekonomi yang baik akan mempermudah individu untuk meningkatkan resiliensi (Everal dkk; dalam Ifdil & Taufik: 2012).

Tidak dapat dipungkiri Covid-19 menyebabkan perubahan dalam sistem pendidikan. Banyak sekali media yang memberitakan mahasiswa yang depresi bahkan sampai bunuh diri dengan perubahan sistem pembelajaran saat ini. Oleh karena itu, penting untuk kita agar bisa meningkatkan resiliensi akademik supaya mampu bertahan disituasi tersulit sekalipun. Ada beberapa cara untuk meningkatkan resiliensi seseorang diantaranya:

  • Memperbanyak relasi dan hubungan baik dengan orang lain;
  • Menerima perubahan;
  • Tidak memandang krisis masalah;
  • Berani mengambil tindakan;
  • Optimis dan percaya diri;

Resiliensi bukanlah hal permanen yang tidak dapat dirubah, semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan resiliensi dalam bidang apapun termasuk bidang akademik. Apabila individu sudah memiliki resiliensi akademik yang baik, maka output yang dihasilkan tentunya akan baik pula.

Tips resiliensi diri selama pandemi:

  • Lakukan perawatan diri
  • Kendalikan yang dapat dikendalikan
  • Tetap terhubung dengan orang lain
  • Jaga rutinitas secara fleksibel
  • Keluar ambil udara segar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun