Mohon tunggu...
Indah Fara Dilla
Indah Fara Dilla Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi IAIN Langsa

stay healty, self love

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Resiliensi Diri Selama Masa Pandemi

29 Januari 2022   14:40 Diperbarui: 29 Januari 2022   14:48 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Memang perubahan itu adalah sebuah hal yang sangat wajar dialami saat pandemi seperti ini. Kira-kira apa yang bisa kita lakukan, salah satunya ini nih, resiliensi. Resiliensi kita perlu dipertanyakan dalam diri kita, bagaimana kemampuan kita dalam bisa bertahan dalam kondisi setertekan apapun.

Salah satu faktor pendukung tingginya resiliensi yaitu dukungan sosial. Dukungan sosial adalah salah satu cara meningkatkan resiliensi sehingga individu dapat merasakan emosi positif (Karadag  et al., 2019). Dukungan sosial juga merupakan faktor protektif terhadap beban dalam resiliensi (Ruisoto  et al., 2020). Pemberian dukungan sosial di masa pandemi dapat meningkatkan kesejahteraan dan resiliensi individu ketika menghadapi masalah.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi resiliensi adalah religiusitas dan spiritualitas. Religiusitas dan spiritualitas merupakan faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis dan tingkat kesehatan (Deb et al., 2016; Uyun & Rumiani, 2012). 

Spiritualitas dan religiusitas dapat menjadi sumber harapan, makna, kedamaian, kenyamanan, dan pemaafan yang kuat bagi diri sendiri dan individu lain (Brewer-Smyth & Koenig, 2014). Religiusitas dan spiritualitas memiliki pada manfaat yang lebih integral. 

Contohnya dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala salah satunya berupa sholat. Sholat lima waktu merupakan kewajiban bagi umat muslim, karena sholat menunjukkan kepatuhan perintah Allah dan itu merupakan nilai religiusnya.  Namun,  di  sisi  lain sholat merupakan sebuah terapi spiritual karena melatih fokus dan menimbulkan ketenangan jiwa. 

Individu dengan spiritualitas yang baik dapat menghadapi tekanan dan permasalahan yang dialami karena dengan spiritualitas yang dimiliki tersebut, individu akan mengaitkan pengalaman hidupnya dengan transenden (Permana, 2018). Hal lain diungkapkan bahwa, dengan meningkatkan keimanan juga dapat mengurangi kecemasan dan membuat perasaan menjadi rileks. Dengan kata lain, praktik keyakinan beragama dapat membuat individu menjadi resilien (Javanmard, 2013).

Sebagai upaya untuk meminimalisasi panjangnya efek dari Covid-19 terhadap kehidupan sosial, sejumlah negara mengambil langkah dengan menerima krisis sebagai suatu realitas baru. 

Untuk menghadapi realitas baru ini individu perlu memiliki kapasitas untuk melakukan adaptasi positif saat mengalami keadaan yang penuh tekanan (Adler & Saboe, 2017).  Kapasitas  individu  untuk  dapat menghadapi dan mengurangi efek stress dengan baik dapat muncul dengan adanya psychological resilience (Hou et al., 2017).

Penelitian menunjukkan bahwa kekhawatiran masyarakat lebih tinggi dipicu oleh kecemasan akan kesehatan keluarga dan kerabatnya, sehingga penting juga bagi individu untuk tetap terhubung meskipun berada dalam situasi Covid-19 yang menuntut untuk menjaga jarak.

Resiliensi ini membutuhkan kemampuan untuk bisa tenang dan juga emosi yang stabil, emosi yang stabil ini dapat membuat kita berupaya menjalin relasi-relasi terhadap apa yang akan kita lakukan kedepannya atau strategi. Upaya untuk keras melakukan strategi disebut perseverance. 

Jadi perseverance ini salah satu modal kita untuk bisa memiliki resilien yang bagus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kalau kita tidak memiliki kemampuan untuk mengatur emosi yang baik dan juga tidak mampu bertahan dalam kondisi yang sulit atau resiliensi itu,  maka kita akan punya kesulitan dalam menjaga dan menjalin hubungan dengan manusia yang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun