Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tes Ulang Pendamping Desa: Jerat Kecemasan atau Jalan Ketangguhan?

20 September 2025   11:52 Diperbarui: 20 September 2025   11:52 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apabila tes ulang benar-benar digelar, pertanyaan mendasarnya adalah: akankah pendamping terus terjebak dalam bayangan kegagalan, atau justru mengarahkan fokus pada peluang tampil sebagai local leader—sebagaimana harapan Bapak Kaban BPSDM, Agustomi Masik?

Tes Ulang sebagai Ruang Pembuktian

Tes ulang, bila benar terjadi, bukan semata ujian administratif, tetapi bisa diperlakukan sebagai ruang pembuktian. Pendamping dapat menunjukkan kapasitas kepemimpinan yang sudah diasah dari kerja lapangan: membangun komunikasi dengan perangkat desa, menggerakkan partisipasi warga, hingga melahirkan inovasi kecil.

Kemampuan sebagai local leader tidak muncul dalam semalam. Ia lahir dari pengalaman panjang menemani musyawarah desa, mengawal dana pembangunan, hingga membantu masyarakat menghadapi masalah sehari-hari. Tes ulang dapat menjadi cermin sejauh mana kapasitas itu berkembang.

Lebih jauh, persiapan menghadapi tes justru bisa menjadi momentum memperdalam kompetensi. Membaca ulang regulasi, menajamkan pemahaman tentang perencanaan desa, dan melatih kemampuan menulis laporan adalah bagian penting. Setiap langkah persiapan menjadi modal, baik hasil tes sesuai harapan maupun belum.

Red Car Theory memberi dorongan agar pendamping memandang tes ini sebagai peluang meneguhkan ketangguhan. Dengan fokus pada apa yang bisa disiapkan, pendamping tidak sekadar menunggu keputusan, tetapi aktif membangun nilai tambah dalam dirinya.

Maka, jika benar terjadi tes ulang, ia bukanlah akhir, melainkan salah satu pintu dari banyak jalan yang bisa terbuka. Pertanyaannya: apakah kita mampu memanfaatkannya untuk melangkah lebih kokoh?

Dari Cemas Menjadi Energi Baru

Akhirnya, jika benar tes ulang menjadi syarat perpanjangan kontrak, kuncinya adalah mengubah cemas menjadi energi. Red Car Theory membantu mengingatkan bahwa fokus pada potensi lebih bermanfaat daripada terjebak pada ketakutan.

Pendamping dapat melatih diri dengan langkah sederhana: menuliskan tiga hal positif setiap hari, melatih berbicara di forum desa, atau membuat catatan refleksi pengalaman mendampingi. Langkah kecil ini menjaga kesadaran tetap terarah pada peluang, bukan bayangan buruk.

Selain itu, penting membangun dukungan kolektif. Komunitas pendamping dapat menjadi ruang saling menguatkan, berbagi strategi menghadapi tes, dan mencegah terjebak dalam lingkaran keluhan. Energi kolektif akan menjaga semangat tetap terpelihara.

Tentu, fokus positif tidak boleh berarti menutup mata dari realitas. Kritik konstruktif terhadap sistem tetap penting, tetapi harus diiringi dengan persiapan matang. Pendamping desa bukan hanya menunggu birokrasi, tetapi juga aktor yang membangun ketangguhan bersama masyarakat.

Dengan keseimbangan itu, ketidakpastian kontrak tidak lagi harus melemahkan. Jika benar terjadi tes ulang, ia bisa menjadi alarm pengingat bahwa kapasitas harus terus ditajamkan. Dari cemas, lahirlah energi baru. Dari ketidakpastian, tumbuhlah ketangguhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun