Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tentang Ketakutan yang Membungkam

29 April 2025   07:44 Diperbarui: 29 April 2025   07:44 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber : Meta AI)

Bungkam bukanlah pilihan bagi yang peduli masa depan organisasi. Ketulusan dalam mengkritik adalah bentuk cinta yang terdalam (Sennett, 1998, h. 94), bukan bentuk perlawanan semata seperti yang sering disalahartikan.

Setiap tulisan, setiap suara, adalah bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan struktural (Solnit, 2010, h. 110), sebuah upaya kecil untuk merebut kembali ruang keberanian dari genggaman ketakutan yang menyesakkan.

Keberanian tidak selalu berarti berteriak lantang. Terkadang, keberanian berarti menulis dengan konsisten walau tahu resikonya besar (Foucault, 1977, h. 32), sebab perubahan sering bermula dari tindakan kecil yang berani.

Semua perubahan besar lahir dari satu suara kecil yang bertahan. Solnit (2010, h. 112) mengingatkan bahwa harapan tumbuh justru dari keberanian sehari-hari, bukan dari revolusi dadakan yang mendadak muncul.

Kita tidak boleh menyerahkan masa depan kita kepada ketakutan. Kita harus memilih keberanian — keberanian untuk berbicara, menulis, dan bertindak (Freire, 1970, h. 82) demi organisasi yang lebih adil dan lebih manusiawi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun