Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tentang Ketakutan yang Membungkam

29 April 2025   07:44 Diperbarui: 29 April 2025   07:44 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber : Meta AI)

Sebagian orang menganggap menulis kritik sebagai bentuk bunuh diri karier. Namun, Rebecca Solnit dalam Hope in the Dark (2010, h. 102) menegaskan bahwa perubahan besar lahir dari keberanian kecil yang konsisten, bukan dari ketakutan abadi.

Menulis dan berbicara adalah bentuk tanggung jawab moral. Diam terhadap kesalahan berarti menjadi bagian dari kesalahan itu sendiri (Freire, 1970, h. 75), sebab dalam ketidakadilan, keheningan berarti persetujuan diam-diam.

Ketakutan dalam organisasi bagaikan kabut pekat yang melumpuhkan. Solnit (2010, h. 104) mengatakan bahwa di balik ketidakpastian itu selalu tersimpan peluang perubahan, menunggu keberanian untuk diwujudkan dalam tindakan nyata.

Banyak orang memilih diam bukan karena tidak tahu, melainkan karena merasa tak berdaya. Ini adalah bentuk kekalahan sistemik, seperti disebut Freire (1970, h. 77), hasil dari pendidikan ketakutan yang terstruktur.

Bahkan mengetahui ada kesalahan, banyak orang bertahan dalam ketidakadilan karena takut dihukum (Sennett, 1998, h. 92), melestarikan budaya bisu yang membuat perubahan menjadi sesuatu yang tampak mustahil.

Lebih parah lagi, untuk menutupi ketidakmampuannya memimpin, banyak atasan menebar ancaman pemecatan. Foucault (1977, h. 30) menjelaskan bahwa ancaman semacam ini berfungsi sebagai alat produksi rasa takut yang meluas.

Ancaman ini membunuh dialog dan mematikan kreativitas. Solnit (2010, h. 106) menunjukkan bahwa dalam ruang-ruang yang dipenuhi rasa takut, potensi individu terkubur jauh sebelum pernah benar-benar tumbuh menjadi nyata.

Kritik harus dipandang sebagai jalan menuju perbaikan, bukan sebagai ancaman. Freire (1970, h. 78) menegaskan bahwa pembebasan hanya mungkin terjadi bila keberanian untuk berbicara terus dirawat di dalam organisasi.

Dalam organisasi sehat, kritik adalah cermin untuk introspeksi. Foucault (1977, h. 31) menyatakan bahwa mekanisme kontrol perlu digantikan dengan partisipasi sadar, agar kekuasaan menjadi sarana produktivitas, bukan represi.

Ketika kebenaran menjadi sesuatu yang berbahaya untuk diungkapkan, maka sendi-sendi organisasi mulai rapuh. Solnit (2010, h. 108) memperingatkan bahwa hanya kejujuran yang mampu menyelamatkan masa depan institusi.

Ketakutan tidak boleh dibiarkan menguasai ruang kerja kita. Setiap individu berkewajiban menjaga integritasnya melalui suara dan tindakan (Freire, 1970, h. 80), bukan dengan berdiam diri dalam atmosfer intimidasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun